I’m old, not obsolete.” Saya tua, tetapi bukan usang dan tak berguna. Seperti mantra, aktor Arnold Schwarzenegger berulang mengucapkan kalimat tersebut dalam film Terminator Genisys. Sudah 31 tahun berlalu, sejak Arnold mendulang sukses lewat film pertama tentang robot pembunuh ini, The Terminator. Butuh resep canggih untuk membuktikan ”mantra” Arnold itu tak keliru.
Terminator Genisys adalah film kelima sejak film pertamanya dibuat oleh James Cameron pada 1984. Meski begitu, Terminator Genisys tidak benar- benar merupakan sebuah sekuel. Film ini mencoba mencakup keseluruhan fase cerita Terminator. Melalui perangkat mesin waktu, jalan ceritanya melompat dari tahun 2029, 1984, kemudian 2017.
Diawali dari tahun 2029, ketika John Connor (Jason Clark) hampir memenangkan perang melawan Skynet. Skynet adalah kecerdasan artifisial yang memproduksi robot dan mesin untuk memusuhi manusia. Kejahatan Skynet sudah mengantar bumi mengalami kehancuran yang disebut ”Judgement Day”. John Connor adalah harapan yang memungkinkan manusia mendapat kesempatan kedua untuk hidup kembali selayaknya manusia di bumi.
Namun, di ambang kekalahan itu, Skynet berhasil mengirim versi baru Terminator ke tahun 1984 untuk membunuh ibu John, Sarah Connor, sebelum ia mengandung sang pahlawan. John pun mengirim orang kepercayaannya, Kyle Reese, kembali ke tahun yang sama untuk melindungi Sarah. Sampai di situ, cerita ini bak pengulangan versi pertama film Terminator.
Sutradara Alan Taylor serta dua penulis skenario film ini, Laeta Kalogridis dan Patrick Lussier, memelintir jalan cerita setelah Kyle Reese (diperankan aktor Australia, Jai Courtney) tiba pada era 1980-an. Ia segera disambut si Terminator versi baru—atau versi Asia, diperankan oleh aktor Korea, Byung-jun Lee—yang siap membunuh dengan kecanggihan baru.
Tak polos
Sebaliknya, Sarah Connor tak lagi sepolos yang diduga Kyle. Ia sudah dilatih dan selalu didampingi Pops— robot baik yang diperankan Arnold. Aktris Emilia Clarke yang sedang tenar berkat perannya dalam serial Game of Thrones menggantikan versi lama Sarah Connor yang dulu diperankan oleh Linda Hamilton.
Sementara Arnold di film ini muncul dalam tiga versi dirinya. Pertama, dengan kecanggihan visual efek yang mengembalikan tubuh kekar dan paras mudanya sebagai Terminator yang dikirim Skynet. Kedua, Pops versi 1984 yang lebih ramping dan lebih tua. Lalu, Arnold sebagai Pops pada versi 2017 yang makin kelihatan berumur.
”Perangkat di dalamnya oke, tetapi jaringan hidup yang melapisinya bisa menua dan rusak,” kata Sarah menjelaskan tentang Pops.
Film ini secara visual menyuguhkan permainan efek yang tidak buruk, tetapi juga tak benar-benar menawarkan hal baru. Sudah berulang kali film blockbuster Hollywood ”meremukkan” jembatan ikonik Golden Gate di San Francisco, Amerika Serikat. Lewat jalinan cerita, Terminator Genisys juga tidak cukup kuat menggaet emosi penonton. Meskipun upaya mengarah ke sana sudah dilakukan, antara lain dengan menggambarkan kedekatan hubungan antara Sarah dan Pops yang melindunginya sejak kecil.
Akhirnya, hiburan memang perkara selera. Betapapun Terminator Genisys adalah produk industri hiburan yang terus selalu berusaha membaca, bahkan mengarahkan, selera pasar. Arnold Schwarzenegger boleh tua, tetapi tetap menghibur. (DAY)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Juli 2015, di halaman 29 dengan judul “Saya Tua, tetapi Tidak Usang”.