Dari awalnya hanya tertarik pada aksi keren aktor laga Steven Seagal, banyak orang justru memperoleh beragam manfaat dari bela diri aikido. Bela diri asal Jepang itu menumbuhkan ketenangan, kedamaian, dan kesabaran.
Suasana tenang, damai, seperti sedang bermeditasi tercipta ketika Sensei atau pelatih S Purwono memimpin murid-muridnya berlatih aikido. Dengan senyum, Sensei Purwono mempertontonkan teknik pertama dalam aikido yang disebut ikkyo.
Gerakan tenang pada teknik ikkyo tampaknya mudah. Sensei Purwono hanya memegang bagian siku dan pergelangan tangan dan lawan pun tak dapat berkutik. Ketika Sulistiyono yang kali ini menjadi lawannya berusaha bergerak, bukannya lepas, ia justru meringis kesakitan. ”Kelihatannya mudah, tetapi sulit dipraktikkan. Orang berkelahi dalam kondisi tersenyum itu justru lebih berbahaya,” kata Purwono.
Tak beberapa lama kemudian, Wadan Satuan Brimob Polda Metro Jaya, Gatot Mangkurat Putra Perkasa Jomantara (44), yang sekaligus menjadi Ketua Umum Yayasan Teratai Indonesia Aikikai turut bergabung. Suasana Dojo Mako Korps Brimob Polri yang awalnya sunyi menjadi ramai oleh kesaksian tentang manfaat aikido bagi kehidupan.
Gatot kemudian mengisahkan pengalamannya ketika jatuh dari atap gedung berlantai empat. Kala itu tali yang digunakan untuk berlatih memanjat lepas. Gerak refleksnya yang dibentuk dari latihan aikido memampukan Gatot untuk segera memutar badan dan jatuh dengan posisi kaki di bawah.
Setelah diperiksa, tak ada satu pun tulangnya yang retak, apalagi patah. ”Begitu jatuh, badan saya muter dan langsung kaki di bawah. Pengaruh refleks serta keseimbangan kekuatan berpikir dan tubuh,” kata Gatot.
Pengalaman indah bersama aikido dirasakannya pula pada saat bertugas di Sudan. Tim Polri yang dipimpinnya sempat dianugerahi sebagai kontingen terbaik oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa 2010-2011. Di antara waktu bertugas, Gatot rindu berlatih aikido. Beruntung, ternyata ada dojo aikido di Sudan.
Namun, sensei di dojo tersebut ternyata kurang berpengalaman. Mengetahui bahwa Gatot sudah mengantongi sabuk hitam aikido internasional, Gatot pun akhirnya didaulat sebagai sensei dan mengajar aikido untuk murid dari sejumlah bangsa.
Seorang muridnya yang berkulit hitam, bertubuh lebih besar, dan atlet judo, terkejut karena Gatot dengan mudah melumpuhkannya. Kemampuan itu diperoleh Gatot dengan latihan rutin. Jika sedang luang di kantor, misalnya, ia akan menjadikan anggota Polri sebagai ”korban” untuk menjadi lawannya ketika berlatih. Karena itu, pedang samurai harus selalu ada di kantor sebagai sarana berlatih.
Temukan ketenangan
Aikido pula yang memampukan Gatot untuk menghadapi bawahan dengan lebih sabar. Ia juga bisa membawa tersangka atau menghadapi demonstran dengan gerakan yang tidak kasar, lebih tenang, dan fokus. ”Gerakan aikido agak sedikit manis tapi menyakitkan,” tambahnya.
Gatot yang pernah menjabat sebagai Kepala Satuan Brimob Polda Sulteng berkenalan dengan aikido pada tahun 1998. Ia semakin tertarik karena aikido tergolong olahraga bela diri yang tidak menyerang, tapi cenderung mempertahankan diri.
”Sebagai aparat, saya dulu meledak-ledak. Kalau dulu saya berangasan. Kalau anggota melakukan pelanggaran pasti saya hajar. Sekarang, segala sesuatu dipikir dulu. Enggak sumbu pendek, merasa lebih tenang, fokus, dan konsentrasi meningkat. Tiga bulan latihan sudah mulai merasakan,” tambah Gatot.
Di dunia pekerjaan, Riyadin, yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil, juga merasa bisa mengharmonisasikan gerakan tubuh dan pikiran sehingga lebih tenang. Bekerja dengan tenang, beragam kesalahan pun bisa dicegah.
”Di aikido tidak ada pertandingan sehingga tidak ada motivasi untuk mengalahkan. Harus mengakui bahwa selalu ada yang kalah dan menang. Dari segi olahraga, tubuh menjadi lebih segar. Badan jadi lebih rileks dan secara psikis jadi lebih tenang. Hidup jadi tidak melawan arus,” ujar Riyadin. Duli ia membayangkan bisa menjadi jagoan dengan aikido, sekarang lebih ingin jadi diri sendiri.
Sulistiyono yang belajar aikido sejak 2006 mengakui aikido sebagai bela diri yang paling sulit. Ketika latihan aikido, misalnya, murid dilarang menghafal teknik-teknik yang diajarkan. ”Saya anggota militer, semua serba keras. Belajar aikido enggak boleh keras. Sering kali susah ketika disuruh rileks. Rileks gimana lagi saya sudah rileks? Lama kelamaan, emosi bisa diredam,” tambah Sulistiyono.
Dengan tidak menghafal gerakan, tubuh dilatih untuk berpikir. ”Ketika berpikir, tubuh ketinggalan. Jadi enggak usah dihafal. Pikiran bawah sadar adalah gudang semua pikiran. Jika hafalan cuma di pikiran. Biarkan saja badan dan pikiran bawah sadar yang bekerja. Meski enggak mencatat tapi bisa tahu detail,” tambah Sensei Purwono.
Segala umur
Kedamaian yang diraih dari aikido pula yang menarik hati banyak orang. Aikido unik karena bisa dipelajari orang dari segala umur. Sensei Purwono, misalnya, baru belajar aikido sejak umur 36 tahun. Kini, ia sudah menjadi ketua dewan guru Yayasan Teratai Indonesia Aikikai dan melatih anggota Brimob maupun masyarakat umum. ”Aikido menekankan pada fokus. Itu yang membuat terjadinya perubahan. Gerakannya banyak berputar. Intinya harus terus bergerak,” ujar Purwono.
Tak hanya orang tua, anak-anak kecil yang acap kali dianggap terlalu hiperaktif pun bisa menjadi lebih tenang dan fokus dengan aikido. Jika sedang berlatih di dojo, Dicky sering kali mengajak keponakannya yang masih kecil untuk berlatih.
Di aikido, tak pernah ada kata terlambat untuk belajar. Bagi orang yang telah lanjut usia, aikido cocok karena tidak menguras energi. Keseimbangan gerakan antara tubuh bagian kiri dan bagian kanan menumbuhkan kesegaran seusai latihan.
Aikido berasal dari tiga kata Jepang, yaitu ai-ki-do yang berfokus pada roh, tubuh, dan pikiran. ”Kuncinya ada di meditasi. Suasana meditasi untuk mengembangkan kesadaran. Antara mind, body , dan spirit jadi satu. Lebih banyak untuk menangkal stres. Menang tanpa berkelahi,” kata Sensei Purwono.
Kompas/Mawar Kusuma