Gaya Hidup Sehat, Kami Tahu tetapi…

0
857

Gaya hidup sehat, seperti makan makanan berserat tinggi, olahraga, dan tidur teratur, bagi sebagian orang bukan perkara sulit. Banyak orang tahu gaya hidup sehat itu perlu agar kita hidup dalam kondisi sehat. Hidup menjadi lebih menyenangkan dan ringan jika kita selalu sehat.

Namun, masih banyak pula orang yang hanya tahu teori hidup sehat semata. Praktiknya, mereka tidak selalu makan secara teratur dengan banyak sayur dan buah, malas berolahraga, dan mengurangi jam tidur. Alhasil, penyakit yang dahulu hanya menghinggapi orang tua, seperti diabetes dan stroke, kini juga menimpa kaum muda.

Pusat Diabetes dan Nutrisi Rumah Sakit Umum Dr Soetomo, Surabaya, Jawa Timur, melaporkan, pada tahun 2009 ada 650.000 anak-anak Indonesia yang menderita diabetes mellitus dan sebagian besar diabetes tipe 2. Jumlah itu didapat dari hasil perhitungan 5 persen dari total 13 juta penderita diabetes mellitus dari seluruh kelompok umur pada tahun 2009.

Sementara laporan dari Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menyebutkan, jumlah anak yang terkena diabetes cenderung naik beberapa tahun belakangan ini. Tahun 2011 tercatat 65 anak menderita diabetes. Jumlah itu naik 400 persen ketimbang data tahun 2009. Sebanyak 32 anak di antaranya terkena diabetes tipe 2.

Data penelitian Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Anak di seluruh Indonesia yang dirilis Direktorat Jenderal Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Maret 2012, menyebutkan, ada 731 kasus anak dan remaja di bawah usia 20 tahun yang mengidap diabetes.

Pemicu dan gejalanya

Sebelumnya, banyak orang mengira penyakit diabetes mellitus pada anak selalu tipe 1. Kenyataannya, belakangan ini banyak anak-anak menderita diabetes tipe 2 yang diakibatkan faktor gaya hidup.

Diabetes tipe 1 biasanya menimpa anak-anak. Diabetes tipe 1 terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah seseorang terkait hilangnya sel beta penghasil insulin pada pankreas. Namun, diabetes tipe ini dapat pula menimpa orang dewasa.

Diabetes tipe 2 terjadi bukan karena rasio insulin di dalam sirkulasi darah tak sebanding, melainkan karena kelainan metabolisme oleh mutasi pada banyak gen. Pemicunya antara lain hidup tak sehat, seperti kurang berolahraga serta sering mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman manis bersoda.

Belakangan ini diabetes menjadi ancaman serius bagi manusia dan merupakan penyebab kematian urutan ketujuh di dunia. Penyakit ini biasanya timbul perlahan-lahan dan tidak disadari penderita meskipun telah mengalami berbagai gejala.

Ada tujuh gejala penyakit diabetes, yakni sering buang air kecil, cepat lelah dan mengantuk, berat badan menurun drastis, selalu merasa lapar dan haus, gatal-gatal di sekitar kemaluan, kadar glukosa darah lebih dari 200, dan kadar glukosa darah saat puasa selama minimal delapan jam lebih dari 126.

Mereka yang mengidap penyakit ini dapat mengalami stroke, kelainan jantung, komplikasi ginjal, dan saluran kemih, komplikasi pada anggota gerak seperti jari-jari tangan dan kaki, serta kelainan pembuluh darah dan saraf kaki. Penyakit diabetes tidak menular, tetapi tidak bisa disembuhkan dan hanya bisa dikontrol perkembangannya.

Kepala Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM Dr Imam Subekti SpPD-KEMD mengatakan, diabetes datang secara bertahap. Semula karena faktor genetik, misalnya orangtua menderita diabetes sehingga intoleransi terhadap glukosa. Selain gen, faktor pencetus lainnya bisa dari lingkungan seperti asupan gizi tidak seimbang, kegemukan, sampai kurang bergerak.

Berolahraga teratur bagian dari gaya hidup sehat. Berolahraga dapat menjaga kebugaran tubuh, menurunkan berat badan, dan mencegah diabetes. - Kompas/Totok Wijayanto
Berolahraga teratur bagian dari gaya hidup sehat. Berolahraga dapat menjaga kebugaran tubuh, menurunkan berat badan, dan mencegah diabetes. – Kompas/Totok Wijayanto

Hati-hati

”Kedua orangtua saya sejak dua tahun lalu terkena diabetes. Usia mereka kini 55 tahun dan 60 tahun. Mereka belum pernah dirawat di rumah sakit karena diabetes,” kata Aldy Zacky, mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Islam Attahiriyah, Jakarta.

Menurut Aldy, hingga kini dia enggan makan sembarangan, apalagi minum minuman bersoda. Terlebih setelah tahu kedua orangtuanya selepas pensiun sebagai pegawai negeri sipil di Bandar Lampung, justru mengalami diabetes.

Dia mengusahakan selalu banyak minum air putih, menjaga makanan, serta membiasakan diri berjalan kaki jika jarak tempuh kurang dari 1 kilometer. Apalagi sejak setahun terakhir, dia bekerja paruh waktu sebagai tenaga pemasaran di salah satu bank di Jakarta.

”Saya berusaha banyak berjalan kaki dan tidak sering menyantap makanan cepat saji. Saya ingin berolahraga lebih sering lagi. Sekarang saya terhitung masih jarang berolahraga intens,” kata Aldy.

Jessy Meilinda, mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STEI) Rawamangun, Jakarta, bersyukur dirinya tidak mengidap penyakit berat. Namun, dia mengenal beberapa orang yang menderita diabetes sejak usia belia.

”Teman saya sejak kecil diabetes. Dia akhirnya kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia untuk lebih tahu tentang penyakitnya. Ada teman lainnya yang mengalami diabetes juga karena gaya hidup tidak sehat,” cerita Jessy.

Dia tahu benar agar sehat, kita harus bergaya hidup sehat. Kita harus banyak makan sayur, mengurangi makanan berlemak dan berminyak, serta rajin berolahraga.

”Saya juga bekerja sejak dua tahun lalu. Beruntung di kantor saya setiap Jumat pagi ada acara senam bersama. Saya juga senang berolahraga bulu tangkis,” kata dia.

Sementara Bagus Satyo, mahasiswa Jurusan Multimedia, Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Cipta Karya Informatika, Buaran, Jakarta Timur, mengatakan, dia sering berolahraga bola basket di kampus agar tubuh tetap bugar sekaligus bersenang-senang dengan rekan-rekannya.

Untuk menjalankan gaya hidup sehat sepenuhnya, dia belum selalu patuh. ”Kalau kumpul bersama teman, pasti minuman yang tersedia minuman bersoda dan ada gorengan. Makanya, saya usahakan harus sering berolahraga. Untunglah, sampai sekarang saya tidak sakit apa pun,” kata Bagus.

Kompas/Ida Setyorini