Karya klasik salah satu penulis abad ke-20 yang paling berpengaruh di Amerika Serikat, F Scott Fitzgerald, itu selalu mengundang keingintahuan ketika diinterpretasikan ke layar lebar. ”The Great Gatsby” senantiasa menjadi tonggak literatur yang dirujuk ketika menengok era pasca-Perang Dunia I di AS.
Era di mana diskriminasi kelas, warna kulit, dan status terpetakan dengan hitam putih. Antara West Egg (wilayah pekerja) dan East Egg (wilayah kaum kaya) di Long Island, antara ”old money” (mereka yang kekayaannya diperoleh lewat warisan turun-temurun) dan orang kaya baru, antara perselingkuhan kelas atas dan kelas bawah.
Namun, sebaliknya, inilah era ketika musik jazz menjembatani selera semua kelas dan ketika ukuran moralitas menjadi abu-abu. Seks bebas, mabuk-mabukan, korupsi, dan gangster menjadi nilai baku di New York.
Sutradara Baz Luhrmann asal Australia secara berani mereinterpretasi ”setting” yang mungkin telah mengendap baku di alam pikir para pembaca karya ini lewat pendekatan yang penuh warna, modern. Sangat masa kini.
Meski Luhrmann relatif setia dengan alur cerita teks, pendekatan romantis The Great Gatsby yang pernah dibangun sutradara Jack Clayton pada 1974 lewat pencitraan elegan Robert Redford dan Mia Farrow, misalnya, ”diobrak-abrik” oleh Luhrmann yang melejit lewat Moulin Rouge.
Jadilah adegan-adegan pesta di rumah Gatsby dikemas bak pertunjukan kolosal dengan sudut pengambilan gambar yang super dinamis, kadang menyapu cepat bagai mata elang, kadang meluncur bak permainan selancar. Aura ”Jazz Age” juga disesuaikan dengan selera masa kini, yang akrab dengan hip hop, bahkan house music.
Di salah satu pesta akhir pekan itulah Nick Carraway (Tobey Maguire) memulai narasinya tentang perkenalannya dengan sang tetangga, Jay Gatsby (Leonardo DiCaprio).
Perkenalan itu membawa Nick masuk ke dalam kehidupan pribadi Gatsby yang memang memecut rasa ingin tahunya. Termasuk masa lalu Gatsby yang penuh misteri, khususnya perjalanannya menjadi salah satu orang terkaya di New York. Namun, yang paling menggugah rasa penasarannya adalah cinta mati Gatsby kepada Daisy Buchanan (Carey Mulligan)—istri Tom Buchanan—mantan kekasih Gatsby yang kekanak-kanakan dan egoistis.
Seluruh ikhtiar dan pencarian diri Gatsby adalah demi menaklukkan kembali hati Daisy. Selama bertahun-tahun ia membangun ilusi tentang cinta, termasuk membangun istana yang berseberangan dengan kediaman Buchanan, di mana setiap malam lampu pijar di halaman rumah itu mencuarkan warna hijau. Melihat cahayanya saja telah membuat hati Gatsby merasa dekat dengan orang yang dikasihinya.
Tragedi
Karya Fitzgerald ini memang kisah sedih yang berujung tragedi. Tentang lelaki miskin yang jatuh cinta kepada perempuan kaya di masa kapitalisme dan konsumerisme menjadi tuan kehidupan. Sehebat apa pun Gatsby telah membuktikan ”mimpi Amerika”-nya lewat kesuksesan materi, itu semua tak bisa memenangi kembali cinta Daisy. Bahkan, mungkin, cinta itu sebetulnya tak pernah hadir di hati perempuan ini.
”Cinta” justru hadir perlahan di hati Nick. Pria yang bekerja di Wallstreet ini memandang kegilaan di sekitarnya dengan kacamata skeptis. Termasuk menertawakan Gatsby—yang mengaku pahlawan perang dan pernah kuliah di Oxford—sebagai bualan khas orang kaya. Namun, ketika Nick terlibat lebih jauh dalam konflik cinta segitiga Gatsby-Daisy-Tom, perlahan ia mulai bisa melihat dengan lebih jernih letak kejujuran, kesetiaan, nilai persahabatan. Puncaknya adalah ketika Nick—yang sering disapa dengan kata ”old sport”—melontarkan ungkapan kekaguman kepada Gatsby. ”Kamu jauh lebih bernilai dari semua sampah yang ada di sekelilingmu.”
Leonardo DiCaprio bermain pada kelasnya. Ia menghidupkan kegilaan, intensitas, passion, dan karisma seorang Gatsby. Bahkan, ketika adegan pertemuannya kembali dengan Daisy dibuat agak komikal, aktingnya tetap optimal. Permainan Carey Mulligan tidak jelek, tetapi ia seperti tidak bisa berkembang dari sekat sosok yang dinarasikan Nick. Demikian juga dengan Tobey Maguire. Ia kurang ”matang” menggambarkan sosok Nick yang sangat perseptif.
The Great Gatsby ditujukan Fitzgerald bagi kekasihnya, Zelda Sayer, perempuan kelas atas yang menolak dipinang Fitzgerald karena masa depannya sebagai penulis tidak jelas. Setelah beberapa karya Fitzgerald dipublikasikan dan melejit, Zelda akhirnya bersedia dinikahi. Namun, pernikahan mereka tak berumur panjang karena Zelda berselingkuh dengan pria Perancis yang lebih kaya.
The Great Gatsby
Sutradara: Baz Luhrmann | Skenario: Baz Luhrmann, Craig Pearce | Sinematografi: Simon Duggan | Musik: Craig Armstrong | Pemain: Leonardo DiCaprio, Tobey Maguire, Carey Mulligan, Joel Edgerton, Isla Fisher | Adaptasi dari Novel F Scott Fitzgerald, ”The Great Gatsby” (1925)
Myrna Ratna