Ari Irham Melawan Ragu Tak Berbatas

0
2390

“Masa remaja masa yang paling gemilang
Hasrat merekah berbinar tiada tandingan
Selalu canda ria tawa semerbak bagai mimpi
Suka duka bersama-sama setiap hari”

Penggalan lagu “Masa Remadja” dari White Shoes and The Couples Company nampaknya pas dengan semangat hidup seorang Ari Irham. Ari hendak mencicipi segala bentuk pengalaman yang kelak diharapnya dapat membentuk citra Ari sebagai seniman serba bisa. Di usianya yang baru 18 tahun, ia telah meniti karier di tiga bidang berbeda yakni dunia musik, penulisan buku, dan perfilman.

Ari lahir di keluarga yang rata-rata bekerja sebagai pegawai negeri dan tenaga pendidik. Alih-alih terbawa arus, ia justru tidak tertarik terjun di dunia yang sama. Ari malah kepincut dengan musik elektronik dan bercita-cita mampu memproduksi musik tersebut.

“Suatu waktu saat umur aku masih 12 tahun, saudara aku kasih aku dengar lagu Tiesto yang judulnya “Paradise”. Aku langsung jatuh cinta,” ujar Ari saat berkunjung ke Redaksi Kompas pada Rabu (16/10/2019).

Ketertarikannya tak berlangsung sesaat. Pemeran Mas Kulin dalam film Terlalu Tampan itu langsung mengutarakan niatnya menjadi disjoki kepada sang ayah. Beruntung, niat ini disambut baik kedua orangtuanya.

“Aku langsung minta belajar, akhirnya ngeles selama tiga minggu lalu beli alat sendiri dan mencoba produksi musik,” ceritanya.

Ari baru mulai berani tampil di depan umum di tahun 2014. Uniknya, ia tidak tampil di bar atau club layaknya disjoki lainnya. Ari memilih tampil di acara festival-festival yang “aman” di mata orangtuanya seperti festival kuliner.

“Di Bandung itu ada namanya Asia Afrika Culinary Night, tiap malam minggu ada acara dan kebetulan papa aku punya tempat di situ. Akhirnya aku jadi buat stand DJ di sana, lalu mulai dikenal sebagai disjoki deh,” kata Ari.

Menulis buku

Kehidupan Ari sebagai seorang disjoki muda yang kerap bergulat dengan stigma negatif tentang profesinya ini hendak ia tuangkan dalam sebuah buku. Berhubung tidak memiliki dasar menulis novel sama sekali, ia pun bekerja sama dengan penulis Tisa TS untuk memproduksi novel pertamanya bertajuk “The Diary of Ari Irham” di tahun 2016. Proses ini membuatnya banyak belajar soal dunia penulisan.

Pemuda yang lahir tahun 2001 ini akhirnya memberanikan diri untuk menulis sebuah novel fiksi remaja bertajuk “After Met You”. Di buku keduanya yang rilis tahun 2017, ia berkolaborasi dengan penulis Dwitasari.

Proyek buku keduanya itu disambut baik oleh masyarakat. Hal tersebut membuat cerita “After Met You” diangkat ke layar lebar setahun setelah perilisan bukunya. Tertarik dengan paras Ari, tim produksi pun mengajaknya untuk bermain dalam film adaptasi itu.

Titel aktor makin lekat pada diri Ari ketika ia memainkan peran sentral dalam film “Terlalu Tampan”. Ia mulai merasakan nikmatnya mengeksplorasi sebuah karakter ketika menjadi aktor. Hal ini yang membuatnya terus menerima tawaran-tawaran film dengan karakter menantang.

Tahun ini, Ari menjajal berperan dalam sebuah film genre horor berjudul Ratu Ilmu Hitam. Ia merasakan pengalaman dan eksplorasi teknik berakting yang lebih ketika hendak memerankan karakter Sandi dalam film besutan Kimo Stamboel tersebut.

“Ada banyak teknik yang baru buat aku, contohnya kayak pakai sling dan berimajinasi lebih kuat. Kan banyak hal menyeramkannya nanti baru muncul utuh ketika proses editing, jadi kita harus bayangin sendiri,” tukasnya.

Anak band
Meski telah menerima beberapa tawaran peran di beberapa film, Ari tetap tidak melupakan dunia musik. Ia mengungkapkan rencananya untuk menjajal pengalaman menjadi anak band di tahun mendatang.

“Ke depannya, aku mau ngeband dan target rilis albumnya sih masih tahun depan. Konsepnya masih enggak jauh dari musik elektronik, sekitaran synwave-lah,” cerita Ari.

Untuk menyeimbangkan kehidupannya sebagai seorang aktor dan persiapan album band terbarunya, ia harus cerdik menyusun jadwal agar semuanya berjalan secara efektif. Ari yang masih akan sibuk dengan promo filmnya dalam dua bulan ke depan memutuskan untuk baru mulai menggarap musik untuk bandnya di bulan Desember.

“Teman-teman satu band ku pengertian, kita rembukkan lalu akhirnya janjian di bulan Desember baru menggarap album kita. Nama pun kami belum punya ha-ha-ha,” pungkasnya.

Ari mengaku bersemangat bisa berkarier dalam dunia musik lewat format band. Bagi dia, format band mampu mengolaborasikan musikalitas dari banyak orang sehingga memiliki musik yang lebih kaya.

“Sesama anggota band aku itu banyak yang usianya lebih tua, kami juga ngerasa genre synwave belum banyak. Jadi optimis dan semangat mengerjakannya,” tutur penggemar Reza Rahadian itu.

Pintu demi pintu terbuka kala Ari tak pernah ragu mencoba hal-hal baru dalam hidupnya. Musik membawanya ke dunia penulisan buku. Kemudian, narasi kisahnya dalam sebuah buku membawanya pada dunia keaktoran. Semuanya ia dapat ketika ia melawan ragu tak berbatas dalam diri seorang anak muda.

Diana Valencia, Jurusan Jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara, sedang magang di Harian Kompas.