Siapa tak kenal Museum Fatahilllah yang biasanya disebut Kotu (kota tua)? Museum Fatahillah merupakan ikon Jakarta yang memiliki banyak kisah didalamnya. Bahkan masuk dalam mata pelajaran sejarah dari tingkat SMP dan SMA. Museum Fatahillah merupakan destinasi wisatawan lokal dan wisatawan manca negara yang banyak diminati.
Dalam rangka ulang tahun Jakarta yang ke- 492 museum Fatahillah merupakan saksi bisu dan bukti berdirinya ibu kota Jakarta. Kini ia menjadi tempat rekreasi yang memberikan edukasi. Museum Fatahillah terletak di kawasan Kota Tua, atau tepatnya di Jalan Taman Fatahillah No. 2, Jakarta Barat.
Museum ini sangat mudah dikunjungi. Kalian yang ingin kesini dapat menggunakan transportasi umum seperti Trans Jakarta dan kereta KRL Comuter Line. Tak jauh dari halte busway dan stasiun Jakarta Kota, kalian dapat berjalan kaki sekitar 10 menit untuk menemukan museum Fatahillah.
Dulu bangunan yang digunakan sebagai Museum Fatahillah ini adalah balai kota Batavia atau dalam Bahasa Belandanya Stadhuis van Batavia. Dibangun pada tahun 1707 dan selesai pada tahun 1712 atas perintah Gubernur-Jendral Belanda waktu itu yang bernama Joan van Hoorn. Harga masuk museum cukup murah. Untuk dewasa Rp 5.000, untuk pelajar Rp 3.000 dan untuk anak-anak Rp 2.000.
Posisi bangunan yang strategis mudah disinggahi kala itu. Bahkan berbagai kerajaan turut memperebutkan kekuasaan di kawasan ini. Lokasi Kota Tua yang strategis tersebut akhirnya menimbulkan perebutan kekuasaan wilayah. Mulai dari Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Tarumanegara, Kesultanan Banten, VOC, hingga Jepang dulu turut memperebutkannya. Kota Tua Jakarta dikenal pula dengan sebutan lamanya yaitu “Oud Batavia” atau Batavia lama. Seperti yang kita ketahui bahwa Batavia dulu juga merupakan nama untuk kota Jakarta sekarang.
Pusat perdagangan
Wilayah Kota Tua yang luasnya sekitar 1,3 kilometer persegi ini dulu sempat disebut sebagai “ Permata Asia” serta “Ratu Dari Timur’’. Wilayah ini merupakan pusat perdagangan yang sangat strategis di Asia, apalagi begitu banyak hasil yang melimpah di tempat ini. Wajar saja, banyak pemimpin yang tidak rela melepaskan kekuasaannya di wilayah ini.
Menariknya bangunan ini tak hanya menjadi Balai Kota saja ternyata menyimpan kisah yang kelam. Apa itu kisah yang kelam? Bangunan ini memiliki penjara bawah tanah khusus untuk pria dan wanita.
Di dalam penjara wanita terdapat genangan air yang di biarkan begitu saja pada masa sejarah. Penjara inipun sangat kecil dan sempit dengan berukuran 6 x 9 meter. Konon katanya penjara ini di huni 40 – 50 orang. Para tahanan tidak diberi makan , minum dan dibiarkan begitu saja. Tak banyak tahanan bertahan hidup sampai proses persidangan.
Beralih ke penjara pria, dari sisi ruangan penjara tersebut lebih manusiawi karena lebih besar dan ruang tahananpun berjejer. Di dalam ruangan tahanan ini masih ada peninggalan bola besar yang konon katanya untuk mengikat tahanan agar tidak melarikan diri. Dalam penjara ini juga tidak diberi lampu.
Kini museum Fatahillahpun sudah beralih fungsi sebagai tempat berkreasi, museum Fatahillahpun di kelilingi oleh Museum Seni Rupa, Museum Wayang, Museum Pos dan beberapa kafe-kafe khas Jakarta. Banyaknya peninggalan Belanda mejadikan wisatawan mendapatkan pengetahuan yang ada di museum ini.
Wisatawanpun dapat bermain sepeda di kawasan ini dan berkeliling museum dengan sepeda. Tak hanya itu wisatawanpun di sediakan pertunjukan musik untuk bersantai di depan museum tersebut. Jajanan Jakarta tak mau kalah, wisatawan dapat mencicipi berbagai jenis makanan khas Jakarta seperti kerak telor dan lainnya.
Jika kalian berlibur di Jakarta jangan lupa untuk singgah di museum Fatahillah. Sangat seru loh. Kalian juga dapat menambah wawasan mengingat museum inilah salah satu saksi sejarah kota Jakarta.
Ita Puspitasari, mahasiswa Jurusan Komunikasi Fakultas Ekonomi dan Sosial, Universitas AMIKOM, Yogyakarta.