Bersebelahan dengan Indovidfest yang menampilkan para pesohor Youtube, Hellofest berlangsung di Jakarta Convention Center, Jakarta, pada Sabtu hingga Minggu (25/9) lalu. Festival ini merayakan produk kreatif yang umumnya berupa film, baik yang animasi maupun tidak. Nonton film bisa sambil selonjoran dan menikmati suara yang menggelar layaknya konser musik.
Wahyu Aditya, pendiri akademi Hellomotion dan penggagas Hellofest, memperkenalkan finalis film pendek, animasi, dan 8 Detik Pas. Ia menyebutkan ada sekitar 500 judul film pendek yang mendaftar pada tahun 2016 ini.
Tentu, tak semua film itu diputarkan. Sabtu itu, penonton menyimak film-film yang menjadi finalis masing-masing kategori. Salah satunya, Opor Operan karya Mustafa dari Bandung.
Dalam narasi sebelum diputar, film itu menceritakan tradisi bertukar opor di Idul Fitri. Seorang ibu memasak opor, lalu memberikan semangkuk berisi dua potong ayam kepada seorang tetangganya. Si penerima ini belum memasak karena gas di rumahnya habis. Ibu yang pertama tadi juga memberi semangkuk pada tetangga lainnya, yang juga belum memasak.
Tanpa sepengetahuan si ibu pemberi, dua penerima opor itu ternyata saling menukarkannya. Hasil pertukaran itu lantas diberikan kembali kepada si ibu pertama. Ceritanya sampai di situ saja. Pendek. Sebagian penonton tertawa.
Film berkategori pendek lain, Kapur Ade, adalah film animasi. Karya ini mengisahkan dua anak yang bermain-main di perempatan jalan yang ramai lalu lintas. Mereka berkeliaran dan menggambari mobil-mobil dengan kapur. Film karya Firman Widyasmara dari Jakarta itu tidak lucu karena bukan komedi, tetapi menimbulkan haru.
Film-film super pendek, berdurasi 8 detik saja, juga berkelebatan di layar. Umumnya, film yang lolos sebagai finalis bisa membangkitkan tawa, seperti film Parkir Ninja karyaFirdaus Fadhlullah dari Depok, dan Nggak Pernah Kalah bikinan Arfian Puji Wibisono dari Yogyakarta.
Dalam Nggak Pernah Kalah, ada tokoh yang mengeluh selalu kalah kalau main game. Seorang temannya memberi saran untuk memainkan game yang pemainnya enggak mungkin kalah. Gambar berikutnya, si tokoh tadi beradu suit melawan dirinya sendiri di cermin. Dia memang enggak pernah kalah, tapi juga mustahil menang. Lucu juga, walaupun garing.
Namun, tak semua film di 8 Detik Pas berkadar candaan remeh-temeh seperti itu. Film Drugs to Die bikinan kelompok Broadcast SMAN Bogor menyimpan pesan tersirat. Karya ini merekam susunan balok bertuliskan
”drugs” yang meruntuhkan satu sama lain, lantas berujung pada balok dengan tulisan ”die”.
Menurut Wahyu, kategori film 8 Detik Pas paling banyak diikuti. Di situ, pembuatnya ditantang menghasilkan karya yang superpendek, tapi pesannya menempel di kepala penonton.
Pada Sabtu itu, sekitar 100 penonton duduk lesehan di atas karpet di arena utama. Sebagian berselonjor bersandarkan bantal besar aneka warna. Namun, karena ruangan gelap, warna-warni itu tak terlalu kelihatan.
Konsep menonton film dengan santai semacam itu yang dipertahankan Wahyu setiap rangkaian Hellofest. Menonton film dibuat layaknya menyimak sebuah konser musik.
Di hadapan penonton ada panggung lebar yang tidak terlalu tinggi, mungkin sekitar 1 meter saja dari lantai. Di belakang panggung itu membentang layar besar. Pada layar itulah film ditembakkan melalui proyektor berresolusi tinggi.
Pemenang kompetisi film diumumkan pada hari terakhir, Minggu. Film Different karya Gerald Karman dari Jakarta menang sebagai Best Movie untuk kategori animasi. Kampiun untuk kategori non-animasi disabet oleh Keanji Kasyfulwarits atas film Friday 22nd. Kategori 8 Detik Pas dimenangi Almitoshima Yumi Anggas dari Jakarta dengan karya berjudul Kebangun.
Berbagi pengalaman
Panggung Hellofest kian menyegarkan berkat beberapa tampilan di luar pemutaran film. Ada festival cosplay yang dinamakan Kostumasa di sela-sela menonton bersama. Beberapa pengunjung juga bergaya dengan beragam kostum unik.
Suasana menghangat saat ada sesi bagi pengalaman dan obrolan bersama para kreator film. Salah satunya, film Biang karya Sophia Latjuba, Eva Celia, Tendra Leonard, dan Harvan Agustriansah. Karya ini mengisahkan restoran penyedia daging anjing.
”Awalnya, Eva bilang ke saya kalau temannya mau bikin film tentang anjing. Karena tidak terlalu makan dana yang banyak, dan temanya juga bagus, makanya saya mau diajak di proyek film pendek ini. Film ini bukan bagian dari kampanye,” kata Sophia.
Ada satu panggung yang dinamakan Warung Konten yang menghadirkan pembicara para kreator untuk berbagi pengalamannya. Tak melulu dari Jakarta, anak kreatif dari Kota Malang, Jawa Timur, pun unjuk gigi. Dengan difasilitasi Dinas Perindustrian Perdagangan Kota Malang, Malang Creative Fusion membawa Forum Animasi Malang yang beranggotakan sembilan studio animasi.
Salah satu kreasi yang mereka tampilkan adalah animasi Roh Garuda yang sudah cukup terkenal di Malang. Mereka juga membawa cendera mata serta mengajak pengunjung melihat sensasi animasi Roh Garuda lewat virtual reality (VR).
”Kami baru sekitar setahun ini bergabung menjadi satu, berkolaborasi untuk berkarya. Kami juga ke sekolah-sekolah untuk mengenalkan animasi,” kata Wakil Ketua FAM Deni Prasetyo.
Dia mencontohkan kolaborasi yang sedang digarap para animator andalan Roh Garuda yang digagas Ricky Ramadhan Setiawan. ”Ada yang bikin komiknya, lalu teman-teman yang lain berbagi untuk membuat animasi dan merchandise-nya. Dibandingkan kreator dari Jakarta, kami ini enggak kalah, kok,” kata Deni sambil menunjukkan karya animator dari Malang, termasuk sebagian siswa SMKN 4 Malang yang mempunyai jurusan animasi.
Pentas musik
Sejumlah band juga diundang untuk tampil di ajang ini. Sebut saja, antara lain, Monkey to Millionaire, Stereocase, Indische Party, dan Last Child.
Main pada Sabtu, Monkey to Millionaire dari Jakarta membawakan lagu-lagu dari album sebelumnya, yaitu ”Langit Merah” dan ”Innertia”. Musik rock berdistorsi seperti Nirvana yang mereka mainkan agaknya salah tempat. Penonton keasyikan duduk selonjoran di karpet. Padahal, Monkey to Millionaire bermain apik, dan suaranya pun terdengar bagus.
Pada Minggu, Band Barasuara tampil sebagai penutup acara yang berlangsung dua hari itu. Namanya juga band yang lagi naik daun, penonton Barasuara bersemangat sekali, seperti yang terlihat di setiap pertunjukan grup itu. Kali ini, warga Hellofest berdiri, bersama-sama menyanyikan lagu ”Sendu Melagu” atau juga ”Hagia”.