JAKARTA — Dalam rangka menyambut Hari Pers Nasional yang jatuh pada setiap tanggal 9 Februari, Kompas Corner bekerja sama dengan media pers Mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara, ULTIMAGZ mengadakan acara kunjungan perusahaan dan juga berbagi pengalaman bersama tim Redaksi Harian Kompas pada Jumat(26/2), di Ruang Diklat Harian Kompas. Acara yang diikuti oleh 60 orang mahasiswa ini berlangsung dengan lancar dan diikuti dengan antusiasme tinggi oleh peserta. Acara ini tentunya memiliki tujuan utama yang tak lain adalah memperdalam pengetahuan serta pengalaman para peserta di bidang jurnalistik lewat sesi sharing session, kunjungan ke Redaksi dan Litbang Kompas serta melihat proses cetak Harian Kompas sehari-hari.Hal ini tentu akan memperkenalkan Kompas di mata mahasiswa lebih jauh dari bagaimana sebuah rubrik direncanakan hingga proses pencetakan.
“Kunjungan ini adalah kesempatan yang baik bagi kita, mahasiswa, untuk menilik lebih jauh mengenai proses bisnis media yang dalam hal ini adalah membedah Harian Kompas,” ujar Hans selaku Ketua Kompas Corner. Ia juga mengungkapkan bahwa dengan diadakannya acara ini, maka diharapkan para peserta mampu memperoleh wawasan baru mengenai industri media cetak. Sebagai informasi, Harian Kompas saat ini merupakan satu-satunya media cetak nasional yang oplahnya diaudit oleh Audit Bureau of Circulation yang merupakan lembaga verifikasi oplah yang berasal dari Inggris (United Kingdom). Oplah cetak Harian Kompas saat ini mencapai 450,000 eksemplar per hari. “Dengan klaim oplah sedemikan besar, para mahasiswa yang hadir akan melihat sendiri apakah itu hanya klaim semata atau kenyataan pada saat melihat kapasitas mesin printing kita pada nanti malam saat koran sudah naik cetak,” ungkap Sulyana Andikko, selaku Program Manager Kompas Corner. Sulyana sendiri sudah tujuh tahun berkarier di Harian Kompas di bawah Divisi Marketing Communication yang bertanggungjawab terhadap kerja sama dengan komunitas relasi.
“Kunjungan ke percetakan dan sharing session ini termasuk kesempatan yang terbilang cukup langka, karena tidak semua orang berkesempatan untuk mendapatkan ilmu di bidang jurnalistik langsung dari redaksi Harian Kompas. Disamping itu, mereka juga akan melihat seberapa rumitnya proses pencetakan sebuah koran”, ungkap Suly lebih lanjut. Sudah terbayang akan keseruan kunjungan malam nanti nih!
Setelah sesi kata sambutan usai, acara lalu dilanjutkan dengan pengenalan rubrik Kompas Muda yang dibawakan oleh Budi Suwarna selaku Kepala Desk Kompas Muda. Menurutnya, “Kompas muda sendiri merupakan rubrik yang terbuka bagi para siswa-siswi SMA dan mahasiswa untuk ikut aktif dalam menuangkan ide dan pikirannya dalam bentuk tulisan. Hasil karya tulis yang terbaik nantinya akan diterbitkan di Harian Kompas,” ujarnya.
Selain memperkenalkan Kompas muda kepada para peserta, ia juga menjelaskan beberapa rubrik yang ia asuh seperti rubrik Muda, Sosok, serta Nama dan Peristiwa. “Untuk rubrik nama dan peristiwa, kami mencari tokoh publik seperti aktor, dan tokoh terkenal lainnya terlebih dahulu, kemudian baru mencari peristiwa yang sedang mereka alami,” terangnya. Sementara itu, rubrik muda lebih membahas mengenai konten-konten kekinian dan modern yang memang sedang digandrungi anak muda. Segmentasi usia pembaca rubrik muda pun lebih dipersempit, mengingat rubrik ini lebih diperuntukkan pada anak muda, yakni sekitar 17-25 tahun. Perihal rubrik “Sosok”, rubrik ini lebih mengangkat tokoh-tokoh inspiratif yang karyanya sudah memberikan dampak positif bari masyarakat sekitar atau khalayak luas. Penggalian rubrik “Sosok” ini lebih mendalam dan individu yang dibahas pun jauh lebih selektif dibandingkan dengan “Nama dan Peristiwa” yang sifatnya lebih bergantung pada momen dan faktor popularitas.
Sesi berikutnya dilanjutkan dengan sesi kunjungan ke Litbang Kompas yang terletak di Lt.4 Gedung Kompas Gramedia Unit 2. Mengiringi penjelasan oleh Aritasius Sugiya selaku Asisten Manajer Pusat Informasi Kompas (PIK), para peserta diberikan kesempatan untuk melihat perpustakaan Kompas, dan mengamati bagaimana proses kerja di dalam Pusat Informasi Kompas(PIK). Pria yang sudah lebih dari 20 tahun bekerja di Harian Kompas ini menjelaskan lebih jauh bahwa, “PIK sendiri mencakup berbagai macam data yang diproduksi oleh Kompas dan didokumentasikan dalam bentuk digital. Data yang tersimpan didalam PIK tentunya akurat dan valid, sehingga mempermudah penulis, termasuk pihak luar yang ingin mencari bahan tambahan untuk penyelesaian karya tulis ilmiah,” ungkapnya. Sebagai catatan perpustakaan
Harian Kompas juga mengoleksi puluhan ribu data yang terdiri dari majalah, koran, jurnal, buku dan kliping digital. Hal ini tentu akan membantu sekali bagi mahasiswa yang ingin mencari data, dan tidak perlu jauh-jauh karena akses PIK ini bisa kamu akses di Kompas Corner Lt.2 Universitas Multimedia Nusantara lho!
Sesi yang paling menarik dan dinantikan oleh para peserta ialah sharing session yang dibawakan oleh Sutta Dharmasaputra, selaku Wakil Redaktur Pelaksana Harian Kompas dengan tema konvergensi media. “Seperti yang kita ketahui, kita tengah berada di era globalisasi, dimana saat ini semua informasi mengalir dengan begitu cepat dan deras seolah tanpa kontrol. Banyak portal berita digital yang kini berlomba-lomba untuk menghadirkan berita tercepat kepada para pembacanya. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi eksistensi surat kabar,” terang Sutta.
Meskipun portal berita digital unggul dalam segi kecepatan, akan tetapi siapa sangka bahwa surat kabar menghasilkan pendapatan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan portal berita digital. “Tingginya tingkat pemasukan surat kabat sangatlah menarik untuk dikaji, mengingat jumlah pembaca surat kabar lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pembaca portal berita digital. Secara pendapatan iklan, koran cetak jauh lebih tinggi dibandingkan menggunakan digital sebagai medium beriklan,” ujarnya. Harian Kompas sendiri merupakan surat kabar dengan nilai beriklan yang tergolong paling mahal di Asia Tenggara.
Lebih lanjut, konvergensi media ialah sebuah tuntutan yang tidak terhindarkan. Mengapa demikian? Hal tersebut dikarenakan pada banyaknya jumlah masyarakat yang semakin “melek teknologi” dengan perkembangan internet, sehingga memungkinkan mereka untuk mengakses informasi dari mana dan kapan saja. Dengan begitu padatnya aktivitas di ibu kota saat ini, kemudahan dan kecepatan dalam mengakses berita lantas membuat sebagian besar individu kemudian beralih membaca portal berita digital. Hal ini juga turut ditangkap oleh Harian Kompas, “Oleh karena itu, Kompas sendiri perlu bertransformasi ke dalam bentuk digital, agar mampu menjamah pembaca yang melek teknologi secara lebih meluas” ungkap Sutta.Sesi sharing ini ditutup oleh sesi tanya jawab oleh peserta yang masih antusias bertanya walau jam telah menunjukkan pukul 21.00 WIB.
Selesai sesi berbagi pengalaman dengan Redaksi Kompas, kemudian lanjut dengan technical briefing sekaligus sosialisasi dari tim Gramedia Printing yang dibawakan oleh Diko selaku Marketing Communication Printing. Sosialisasi dibuka dengan pengenalan singkat tentang Gramedia printing dan tahapan proses percetakan Harian Kompas sebelum akhirnya mengunjungi lokasi percetakan Harian Kompas.”Semoga dengan diadakannya tour printing ini, mahasiswa dapat belajar banyak dan mendapatkan sesuatu yang baru,” ujar Nico.
Rangkaian acara kunjungan pun selesai pada pukul 23.30 WIB yang ditutup oleh Juanda Eka Setiawan selaku Program Director Kompas Corner, ia berharap bahwa, “Semoga kalian mendapat manfaat dalam acara ini dan bagi yang berminat berkarier di media akan semakin kukuh mengejar mimpinya”.
Sampai jumpa di acara kunjungan ke Harian Kompas berikutnya yah!
Penulis : Elisabeth Tan
Editor : Sulyana Andikko