Ketika kita berbicara tentang masa muda, maka akan banyak hal yang bisa kita lalui bersama. Akan ada masa dimana kita merasa bahwa mumpung masih muda, ayok kita foya-foya. Duh, rasanya kok sempit banget ya pemikiran seperti itu.
Dulu waktu SMP ku bertekad untuk mengejar cita-citaku menjadi dokter, ya terbilang masih realistis ketika belum ada yang namanya penjurusan. Tiba-tiba saat di SMA, ilmu ke-IPA-IPA-an sudah mulai mempersulit jalanku menggapai impian menjadi dokter. Ya, harus berpikir realistis memang. Ketika terlempar di IPS pun, ku percaya dan akan kubuktikan jika aku bisa berdiri tegak. Syukurlah, aku mendapat beaasiswa dan di tingkat akhir mendapat snmptn undangan di Universitas Indonesia.
Aku berpikir dalam benak, dulu ku mendapat SMP favorit bukan karena perjuanganku di kelas enam saja, tapi dari doa orang tua, keinginan sejak kecil, dan banyak variabel lain yang akhirnya mengantarkanku ke SMP favorit. Pun juga, ketika aku masuk SMA favorit, itu juga karena saat SMP ku merasakan betapa perjuangan itu harus dilakukan dalam menggapai impian. Hingga akhirnya kini ku bisa masuk dalam lingkaran orang-orang hebat.
“fabbi ayyi ala’i rabbikuma tukadziban”
Nah, maka sejatinya hidup kita sekarang sudah dirancang saat dahulu kala dengan perbutan kita. Jika dulu kita begini, maka jangan heran jika kita sekarang diposisi ini. Pun sebaliknya, jika dulu kita begitu, maka jangan heran kita sekarang jadi begini.
Bahwa hidup ini hanya sekali, detik jarum jam tak akan mau untuk berhenti. Maka manfaatkanlah masa muda kini dengan hal-hal positif agar kelak di tahun berikutnya nanti kita akan menikmati indahnya hidup di surgawi.