Jari-jemari Terampil Datie

0
1370

Cita rasanya yang baik terhadap seni membantu Kirono Arundhatie (63) menghasilkan kreasi kerajinan yang tak hanya apik, tetapi juga memancarkan sentuhan seni.

Gaya khasnya adalah detail dan etnik. Datie, sapaannya, yang sekaligus dijadikan label bagi karya kerajinannya, banyak menggunakan material batik, lurik, dan hasil alam lain, seperti rotan, kerang, alang-alang, kayu, tanduk kerbau, biji-bijian, batok kelapa, dan logam.

”Saya senang bikin detail yang rumit agar tidak mudah ditiru. Kekurangannya, saya sulit memenuhi permintaan dalam jumlah besar,” kata Datie di sela-sela pameran Indonesia International Islamic Fashion and Products beberapa waktu lalu.

Hasil kreasinya beragam, mulai dari hiasan dinding (wall hanging), kalung, tas genggam (clutch), tas jinjing, karpet, topeng kayu pengantin betawi, gorden, bantal kursi, sampai baju-baju siap pakai. Datie tidak ingin karya kerajinannya menjadi terlalu massal. Ia pun berusaha memberi sentuhan berbeda meski subyek kerajinannya sama. Misalnya, wall hanging-nya yang berbeda satu dengan yang lain pada desain dan detail aplikasi.

Hiasan dinding yang berbentuk miniatur pakaian menjadi ciri khas Datie. Baju tradisional, seperti kebaya kutu baru, baju kurung, atau beskap menjadi ciri khasnya. Beberapa motif batik ia padu padankan ini dengan bantuan teknik quilting dan patchwork. Untuk hiasannya, ia menggunakan aplikasi logam yang dibentuk menjadi gunungan, wayang, atau bros. Bajunya dibentangkan pada bagian lengan sehingga terlihat bentuknya dan ketika dipajang dengan segera mencuri perhatian.

Selain berbentuk baju, ada pula hiasan dinding yang dibentuk menjadi semacam lukisan. Sama-sama terbuat dari patchwork batik, tetapi aplikasinya menggunakan wayang dan gunungan dari bahan alang-alang. Ini semacam model wayang suket karya mendiang dalang Ki Slamet Gundono, hanya saja dengan material berbeda.

Aneka produk kerajinan Datie Handicraft. Kompas/Sri Rejeki
Aneka produk kerajinan Datie Handicraft.

Cangkang kerang

Datie yang menggunakan label Datie Handicraft juga membuat aksesori, seperti kalung, gelang, dan bros. Perjalanannya ke Maluku yang mempertemukannya dengan aneka kerang laut memberinya ide untuk merangkai aneka bentuk cangkang kerang menjadi kalung atau tas tangan.

”Saya kebetulan sejak dulu ikut Dekranasda DKI Jakarta. Jadi sering ada kesempatan ikut perjalanan atau pameran ke berbagai daerah. Biasanya, saya sekalian belanja bahan-bahan lokal yang unik untuk kreasi baru saya,” kata Datie, pensiunan pegawai negeri sipil di Dinas Tata Ruang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Datie bekerja sama dengan para perajin di sejumlah daerah, kebanyakan di Bali dan Yogyakarta, selain mempunyai pekerja di Jakarta. Aplikasi logamnya, misalnya seperti yang ia tempelkan pada tas genggam atau hiasan dinding, ia pesan dari perajin logam di Yogyakarta.

Kesukaannya pada sesuatu yang etnik, terutama wayang, sudah dimulai sejak kecil. Ketika itu, ia sering diminta membaca kisah-kisah pewayangan, seperti Mahabarata, selain diharuskan belajar tari Jawa. Datie besar di lingkungan keluarga yang masih memegang tradisi Jawa dengan kuat.

”Saya paling suka tokoh Pandawa Lima dan Punakawan. Jadi bawaannya kalau memesan wayang, inginnya tokoh-tokoh itu,” kata Datie.

Ia merintis usahanya yang dimulai dari membuat baju-baju sejak tahun 1977. Namun, Datie benar-benar bisa total dalam berkarya setelah purnatugas pada tahun 2008. Berbagai pameran dalam dan luar negeri sudah diikutinya, antara lain di Argentina, Spanyol, Turki, Korea, Malaysia, Jepang, dan Amerika Serikat. Berbagai penghargaan juga sudah ia raih, seperti Unesco ”Indonesian Unique Intangible Cultural Heritage” saat pameran di Istanbul, Inacraft Award 2012, dan unggulan terbaik dalam pameran ”The Indonesian Handicraft Showcase of Excellence” di Tokyo.

Berlatar belakang pendidikan teknik lanskap, Datie kemudian sering mengikuti kursus desain mode, mulai dari Susan Budihardjo hingga Bunka School of Fashion. Selain memahami teknik desain dan membuat pola, ia juga bisa menjahit sendiri. Kemampuannya ini sangat menunjang upaya Datie menuangkan cita rasa seninya ke dalam sebuah kreasi.

(SRI REJEKI)


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 Oktober 2015, di halaman 18 dengan judul “Jari-jemari Terampil Datie “