Pameran biasanya identik dengan karya seni maupun foto. Pengunjung sekadar menikmati dan memberi arti pada setiap karya yang dipajang. Lain halnya dengan pameran yang diadakan oleh mahasiswa jurusan Broadcast and Journalism angkatan 2021 Petra Christian University (PCU) Surabaya.
Mulai dari permainan hingga pertanyaan teka-teki disulap menjadi lebih canggih. Tak hanya melihat-lihat, pengunjung dapat merasakan sendiri sensasi menggunakan karya yang dipamerkan.
Pameran yang diadakan pada Kamis (11/05/2023) lalu tersebut merupakan tugas dari mata kuliah media digital interaktif. Sebanyak 20 siswa dalam kelas dibagi menjadi lima kelompok dan harus menghasilkan satu karya yang memuat mixed reality, penggabungan antara dunia nyata dan dunia virtual.
Berbekal aplikasi pembuat konten-konten virtual dan augmented reality (Zappar, Assemblr, dan lainnya), para mahasiswa mulai berkreasi untuk menentukan media fisik yang yang akan digunakan. Waktu pengerjaan yang disediakan yaitu sekitar satu bulan sebelum hari H pameran.
“Insecurity and unfairness”
Penentuan tema pameran dilakukan secara bersama-sama saat kelas berlangsung. Pada akhirnya “Insecurity and Unfairness” terpilih sebagai tema pameran mixed reality ini. Pameran yang menargetkan pengunjung remaja hingga dewasa muda adalah alasan pemilihan tema.
Sebab, tanpa disadari kemudahan teknologi membuat kita sering membandingkan diri. Unggahan-unggahan di media sosial yang tampak baik seolah menghilangkan kesulitan dalam hidup seseorang. Seakan hidup terasa tidak adil dan tidak berpihak pada kita.
Permainan dan spot foto
Lima stan yang terdapat dalam ruang Q.03.03 menampilkan karya dari tiap kelompok masing-masing. Pertama, pengunjung akan disambut dengan filter TikTok karya mahasiswa yang berjudul “Seberapa Atraktif Lu?” Melalui stan itu, pengunjung diajak untuk menyadari bahwa keelokan mereka tidak ditentukan dari sebuah filter.
Selanjutnya, pengunjung dapat bermain ular tangga raksasa di stan “Snake It Off”. Tak hanya melempar dadu dan bergerak menjadi pion, ada beberapa catatan yang akan muncul setelah di scan oleh para pemain. Ada pula tantangan seperti mengunggah foto diri sendiri dengan caption self love. Apapun catatan dan tantangan yang tertulis, meningkatkan kepercayaan diri pemain adalah tujuan dari booth ini.
Lebih membahas seputar ketidakadilan, stan ketiga mengusung tema teka-teki seputar hewan yang mewakili sebuah agama. Beberapa boneka hewan, seperti gajah, kucing, rusa dijadikan sebagai objek yang dapat di scan dan memunculkan ciri dari suatu agama.
Aktivitas penutup yang dapat dilakukan yakni pengunjung memberikan opininya terkait agama apa yang cocok menjadi seorang pemimpin. Melalui stan ini, pengunjung dapat kembali sadar bahwa perbedaan adalah hal yang perlu dihargai sehingga semua agama berhak untuk menjadi pemimpin.
Meski identik dengan foto, dua stan terakhir tetap memiliki unsur AR. Saat di scan, foto-foto wajah pada stan keempat akan memunculkan insecurities dan talenta orang-orang tersebut. Kesadaran bahwa setiap manusia memiliki kelemahan dan kelebihan merupakan tujuan yang ingin diraih. Stan terakhir yang menampilkan sayap kupu-kupu dijadikan spot foto oleh pengunjung.
Selain karena memunculkan animasi kupu-kupu yang beterbangan, makna yang disampaikan cukup dalam. “Biasanya kita selalu melihat diri kita kurang, padahal orang lain melihat kita tidak seburuk pandangan kita sendiri. Ibarat kupu-kupu yang tidak bisa melihat keindahan sayapnya sendiri,” ujar Monica Christiana, salah satu pembuat animasi tersebut.
Pulang dengan senyuman
Para pengunjung yang hadir di pameran tersebut tidak hanya mahasiswa internal saja. Beberapa selebgram turut serta meramaikan sebagai pengunjung. Salah satunya, Maria Budiman. “Stan ini sangat atraktif dan bagus. Semua tantangan maupun video dapat memberi motivasi dan semangat,” katanya tentang kesannya terhadap salah satu stan di pameran tersebut.
Selain mendapat pengetahuan baru seputar teknologi mixed reality, para pengunjung tampak senang dengan topik yang ditetapkan. Kepercayaan diri dan kedamaian hati seolah secara instan didapatkan setelah melihat pameran ini.
Sebagai dosen pembimbing, Lady Joanne mengapresiasi para mahasiswa yang sudah cukup baik dalam membentuk konsep. “Para pengunjung tampak tertarik dengan booth-booth yang ada. Semoga pameran ini bisa menambah pengetahuan mereka juga tentang mixed reality,” ujarnya.
Anastasia Trifena, mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Humaniora dan Industri Kreatif Universitas Kristen Petra Surabaya dan Magangers Kompas Muda Harian Kompas Batch XII