Mencetak Ujung Tombak Kemanusiaan

0
2480

Umar, mahasiswa tahun ketiga dari Semarang, sedang sibuk bekerja di Palang Merah Indonesia tingkat pusat di Jakarta. Sesuai jurusannya, Ilmu Komunikasi, Umar ditempatkan di bagian kehumasan. Palang Merah Indonesia bukan hal asing baginya. Sejak kuliah di Universitas Islam Sultan Agung, Semarang, Umar bergabung dengan unit mahasiswa Korps Sukarela, biasa disingkat KSR. ”Saya ingin berbakti buat PMI. Nanti setelah lulus, mungkin tidak bekerja di PMI, tetapi tetap ingin berbakti buat PMI dan kemanusiaan,” kata Umar.

Organisasi KSR yang diikuti Umar itu di bawah supervisi kampus dan PMI tingkat kabupaten/kota sekaligus. Sejak bergabung di sana, Umar sering terlibat dalam kegiatan kemanusiaan, seperti menggelar donor darah serta penanganan bencana banjir dan tanah longsor, baik di Semarang maupun di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Sejak masih SMA, Umar sudah punya keinginan bergabung dengan KSR. Menurut dia, kegiatan dalam KSR akan mengasah sisi kemanusiaan setiap orang, terutama generasi muda. Begitu masuk kuliah, ia langsung mendaftar ke unit kegiatan itu.

Setiap pekan, sekitar 50 anggota KSR PMI di kampusnya dilatih oleh senior mereka ataupun dari PMI Kota Semarang. Materi pelatihannya antara lain penyelamatan dalam air, evakuasi vertikal, dan pertolongan pertama. Selain itu, anggota juga dibekali kemampuan konseling permasalahan keluarga dan pemahaman tentang HIV/AIDS.

Anggota KSR dituntut menguasai materi tersebut. Setiap anggota bakal memiliki keahlian utama. Artinya, bakal ada yang khusus menangani penyelamatan vertikal, misalnya, atau juga memberikan konseling kesehatan psikologis remaja.

Bekal kemampuan itu, kata Umar, akan bermanfaat di kemudian hari. Di bidang pekerjaan medis, apalagi jika hendak bekerja di rumah sakit, rekomendasi dari PMI sangat diperlukan. Anggota KSR bisa memperoleh itu. Di bidang pekerjaan lainnya, pengalaman berorganisasi di KSR bakal jadi pertimbangan khusus.

Menurut Umar, kekuatan PMI di lapangan, apalagi jika ada bencana besar, tak banyak. ”Relawan muda dari Palang Merah Remaja dan Korps Sukarela jadi ujung tombak di lapangan. Ini kesempatan bagi mahasiswa untuk menunjukkan kepedulian pada lingkungan dan kemanusiaan,” katanya. Awal bulan lalu, Wakil Bupati Cianjur, Jawa Barat, Suranto membuka pelatihan bagi relawan siaga bencana dari SMK Bhakti Medika. Cianjur adalah salah satu kabupaten di Jawa Barat dengan kerentanan bencana yang tinggi. Bencana yang mengintai di wilayah itu adalah tanah longsor.

Kepala Biro Humas PMI Pusat Aulia Arriani mengatakan, palang merah sangat membutuhkan tenaga muda. Terlebih lagi, kontur alam Indonesia tergolong rawan bencana, dengan tingkat kesulitan medan yang beragam. Ketersediaan tenaga relawan yang gesit bisa mengurangi dampak bencana yang mungkin terjadi.

”Penanganan bencana membutuhkan kerja semua lini. Generasi muda yang energik dan kreatif akan membuat pergerakan penanganan bencana yang responsif,” kata Aulia. Lembaga itu juga tengah menggalakkan donor darah sebagai gaya hidup kaum muda. Exkuwin Suharyanto, Kepala Divisi PMR dan Sukarelawan PMI Pusat, menjelaskan, gerakan KSR tak bisa terlepaskan dari Palang Merah Pemuda yang dideklarasikan pada 1955. ”Latar belakangnya relawan membantu para korban perang dan konflik. Penggeraknya waktu itu adalah kaum muda,” kata Exkuwin.

Kini, antusiasme anak muda menjadi relawan bencana, kata Exkuwin, cukup bagus. Setiap ada bencana, gerakan penanganan yang dimulai pemuda mulai sering terjadi, baik melalui lembaga PMI maupun di luar itu. Unit mahasiswa Korps Sukarela di kampus juga diberi kebebasan untuk menggalang dana bantuan bencana. Umar, misalnya, beberapa kali menggelar acara pengumpulan dana di kampusnya. Dana yang terkumpul diserahkan kepada PMI untuk disalurkan langsung ke daerah bencana.

Kini, ada sekitar 200 kampus di seluruh Indonesia yang memiliki unit kegiatan Korps Sukarela. Jika tertarik, kawan-kawan bisa mendaftar ke unit kegiatan di kampus, tentu ada seleksi penerimaannya. Bergabung dengan unit itu adalah salah satu cara menunjukkan solidaritas pada lingkungan kita, bukan?


ARGUMENTASI

Partisipasi Langsung

Muh Iwan Taufik, Fakultas Teknik Elektro Akademi Teknik Elektro Medis KESDAM Diponegoro Semarang

Relawan merupakan orang yang tanpa dibayar menyediakan waktunya untuk mencapai tujuan organisasi, dengan tanggung jawab yang besar atau terbatas. Dalam dunia perkuliahan, saya sering mendapatkan teori yang jarang sekali diaplikasikan dalam kehidupan. Mulai dari sinilah saya mencoba mengikuti kegiatan kemanusiaan dalam wadah KSR. Di sinilah saya merasakan hal yang sangat berbeda, ikut berpartisipasi dalam masyarakat secara langsung.

Misalkan saja, saya dan kawan KSR turun ke jalan menggelar aksi solidaritas mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama peduli HIV/AIDS dan mengumpulkan 1.000 tanda tangan. Kami juga memberi pita beserta stiker sekaligus penyuluhan cara mencegah penyebaran virus HIV/AIDS. Inilah yang menjadikan sesuatu yang beda selama saya menjalani kuliah.

 

Taekwondo Peduli

Ni Gusti Putu Diana Silvia, Jurusan Usaha Perjalanan Wisata Penerima Program Beasiswa Unggulan STP Trisakti

Kegiatan donor darah diselenggarakan oleh STP Trisakti melalui Unit Kegiatan Mahasiswa Taekwondo di Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Trisakti. Program kerja donor darah itu untuk membangun rasa kebersamaan dan peduli sosial dari keluarga besar STP Trisakti dengan masyarakat luar. Memiliki prestasi di bidang sosial sangat penting hingga akhirnya mahasiswa-mahasiswi yang tergabung dalam kegiatan taekwondo tersebut mengadakan kegiatan donor darah. Selain untuk mencari pengalaman mengadakan acara yang bermanfaat bagi semua orang, UKM Taekwondo juga ingin membantu masyarakat yang ingin mendonorkan darah dan ingin membantu Palang Merah Indonesia untuk mengumpulkan stok darah.

Program donor darah yang dibuat oleh STP Trisakti melalui UKM Dotri (Taekwondo Trisakti) pun dapat dijalankan dengan baik pada tahun 2014 dengan melibatkan PMI dan seluruh keluarga besar STP Trisakti. Kami yakin ungkapan ”setetes darah Anda dapat menyelamatkan nyawa manusia” sangat benar adanya.

 

Menempa Disiplin

Ardiansyah Putra, Mahasiswa Teknik Jaringan, Fakultas Teknik, Akademi Statistika Muhammadiyah Semarang

Saya merupakan sosok yang mudah bergaul walau semasa duduk di bangku SD hingga SMA tak terlalu aktif ikut organisasi. Namun, kini, saya asyik berorganisasi di KSR PMI.

Berkat kedisiplinan dan kemampuan komunikasi yang cukup baik, saya tak mengalami kendala beradaptasi dengan lingkungan organisasi. Saya jadi mengerti kesusahan korban bencana, sekaligus mengetahui penyebab terjadinya bencana. Saya tertarik mengikuti KSR bukanlah semata dilandasi untuk menyibukkan diri, tetapi juga memenuhi panggilan hati sebagai insan yang peduli terhadap sesama. Hal utama yang memanggil saya bergabung dengan KSR adalah untuk menjadi sukarelawan yang dapat menolong orang lain ketika dibutuhkan cepat, seperti saat terjadi bencana. Ini akan melatih saya dalam menumbuhkan jiwa kepemimpinan. (hei)

 

Ambil Bagian

Antonia Ratna Wiji Rahayu, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Korps Sukarela atau yang lebih dikenal dengan istilah KSR mengajak kaum muda untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan sosial di negara Indonesia ini. Namun, kebanyakan orang acuh tak acuh dengan lembaga ini. Saya sangat tertarik dengan KSR di kampus saya, tetapi saya belum ikut ambil bagian di dalamnya. Manfaat yang dapat diperoleh dari mengikuti kegiatan semacam ini antara lain bertemu dan bersosialisasi dengan teman baru, membantu orang yang membutuhkan, dan yang pasti akan semakin menumbuhkan kepedulian kita terhadap orang lain.

Selain itu, sebagai calon pendidik anak SD, saya ingin sekali anak-anak yang ada di pedalaman dan kekurangan fasilitas belajar dibantu agar kelak tercipta generasi yang cerdas dalam membangun negara Indonesia ini. Saya juga pernah mengikuti live-in SMK Nanggulan di SLB Karya Bhakti Purworejo. Walau bukan kegiatan resmi dari sekolah, saya tetap bangga pernah menjadi relawan di sana. Saya mengurus anak-anak yang istimewa di sana. Saya ingin melakukannya lagi. Walaupun saya sempat dipukuli, dilempari batu, tetapi itu sungguh menantang.

Pintar Bersikap

Maria Marlina, Jurusan Usaha Perjalanan Wisata, Program Beasiswa Unggulan Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, Jakarta

Harus diakui di kampus saya masih belum tersedia kegiatan KSR. Akan tetapi, itu tidak menandakan bahwa kita adalah mahasiswa yang cuek. Banyak mahasiswa di sini yang mempunyai semangat untuk saling membantu satu sama lain. Mungkin saya akan mulai mengajukan kegiatan KSR di kampus saya. Jujur, saya sangat tertarik dengan kegiatan sosial semacam ini. Saya sedang menjalankan komitmen saya untuk mendonorkan darah secara rutin enam bulan sekali. Selain dapat menolong sesama yang membutuhkan, darah dalam tubuh kita akan diganti dengan darah yang baru.

Sebenarnya banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dalam kegiatan sukarela. Kita bisa membantu korban bencana alam. Kita bisa mengetahui bahwa ada kehidupan lain di luar kehidupan kita yang enak. Kita bisa lebih mensyukuri hidup dan lebih tabah saat menghadapi musibah. Menjadi mahasiswa tidak boleh hanya pintar dalam akademik, tetapi juga harus pintar dalam bersikap.

 

(Herlambang Jaluardi)


Versi cetak artikel ini terbit di rubrik ‘Kompas Kampus’ harian Kompas edisi 11 September 2015, di halaman 34