Respon Mahasiswa Setelah Menonton Film Indonesia

0
373

Mulai terkendalinya pandemi Covid-19 menjadi awal kebangkitan sektor industri hiburan. Sektor yang ikut terpengaruh salah satunya adalah industri film nasional. Banyak rekor jumlah penonton yang pecah justru hadir di masa normal baru. 

Tak banyak yang menyangka, naiknya penonton film Indonesia melebihi ekspektasi. Banyak yang mengira masih akan sulit menembus jumlah jutaan penonton dalam waktu tayang dengan pembatasan dan protokol ketat pemerintah. Ternyata animo masyarakat untuk menonton justru mengalahkan perkiraan dan kekhawatiran banyak kalangan mengenai kebangkitan film nasional pada masa pandemi mulai reda.  

Rekor jumlah penonton bermacam film nasional pun pecah pada tahun 2022. Mulai dari film pertama yang mencapai digit juta, jumlah film yang menembus penonton jutaan dalam setahun, sampai jumlah penonton terbanyak sepanjang masa. Hal itu menjadi sinyal positif untuk industri film di Indonesia. 

Pecah rekor 

Film berjudul “KKN di Desa Penari” yang sudah tayang di platform Disney Plus. Foto : Fajar Wahyu Sejati.

Pertengahan tahun ini rekor penonton film nasional sepanjang masa untuk satu film pecah. Film berjudul “KKN di Desa Penari” berhasil meraup lebih dari 9 juta penonton. Data itu terdapat pada tulisan di Harian Kompas berjudul “KKN di Desa Penari Tembus 9 Juta Penonton” edisi Jumat (10/6/2022).

Berbagai macam respon terhadap film tersebut muncul. Salah satunya dari Hasan Ali Ramadan, mahasiswa semester lima Program Studi Ilmu Sejarah, Universitas Negeri Yogyakarta. Menurut Hasan, larisnya “KKN di Desa Penari” mulai dari promosi yang gencar dan sudah lama berjalan. “Film ini (KKN) sudah lama banget mundur tayangnya, promosinya juga terus dilakukan, ditambah lagi dengan kisah yang ramai di Twitter di 2019” ujar Hasan pada Rabu (20/09/2022). 

Ia menyebut, fIlm “KKN di Desa Penari” secara keseluruhan cukup baik dan seperti film horor biasanya. Masih ramai pembahasan soal KKN di Desa Penari juga didukung oleh sudah dapat tayang di aplikasi Disney Plus. “Secara keseluruhan film ini bagus dan seperti horor pada umumnya, meskipun saya kurang suka horor tapi saya menikmati juga dan penasaran tentunya” kata Hasan.

Ia menambahkan film tersebut juga sudah dapat disaksikan di Disney Plus. “Mungkin itu juga ya yang menjadi alasan film ini masih sering dibahas” ujar Hasan. 

Respon mahasiswa

Tiket film berjudul Raden Saleh. Foto : Koleksi Hasan Ali Ramadan

Film Indonesia nyatanya mendapat respon positif, terutama di kalangan mahasiswa. Mereka antusias melihat dan cukup terhibur dengan film yang tayang belakangan ini. Misalnya Dewi Maya Ratri (21), mahasiswa semester tiga, Program Studi S1 Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Menurut Dewi, film “Sayap-Sayap Patah” membuatnya terharu. “Film yang berdasarkan kisah nyata Tragedi Mako Brimob 2018 lalu ya, jadi memang membuat terharu” ujar Dewi pada Minggu (02/10/2022). 

“Sayap-Sayap Patah” menurut Dewi mempunyai alur dan waktu bernafas sejenak sebelum memasuki bagian genting dan bikin terharu. “Setiap adegan diberi kejadian penting di film tersebut, kemudian meski bertema tentang kejadian di 2018. Selebihnya juga membahas mengenai kasih keluarga didalamnya” kata Dewi.

Nuansa aksi dan romansa juga menambah nilai lebih pada film tersebut.  “Adegan aksi ala polisi dan nuansa romansa suami-istri yang menunggu anaknya lahir dan sang istri yang harus merelakan suaminya bertugas (bagi) negara” lanjutnya. 

Selain film bertema keluarga, film horor juga masuk dalam daftar tonton mahasiswa. Film horor cukup membuat menarik perhatian besar. Contohnya, film “Pengabdi Setan” yang berhasil meraup lebih banyak penonton. Banyak alasan mengapa “Pengabdi Setan 2” sukses.

Belinda Feronica (21), mahasiswa semester tiga, Program Studi S1 Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta, berpendapat, salah satu alasannya adalah adegannya yang menarik. “”Pengabdi Setan 2″ menampilkan gambaran setan dan suara pengiringnya membuatnya semakin menakutkan” ujar Belinda pada Kamis (29/09/2022). 

Berbeda dengan dua narasumber sebelumnya, narasumber yang satu ini sangat puas dengan film aksi petualangan “Mencuri Raden Saleh”. Gesillia Wilmanda (21) mahasiswa semester 3 Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta sangat puas dan merasa tak sia-sia dengan menonton film tersebut. “Diluar ekspektasi pikiranku, ternyata filmnya menarik dan seru banget,” ujar Gesillia saat diwawancarai pada Minggu (2/10/2022).

Menurut dara tersebut, alur film “Mencuri RA” tak tertebak dan membuat bengong. Secara keseluruhan film ini menurutnya bagus dan sangat direkomendasikan kepada orang lain yang belum menonton.

Film adaptasi 

Ada fakta lain disamping meledaknya jumlah penonton film di Indonesia. Ternyata film adaptasi dari luar negeri juga menarik perhatian. Euforia penonton terhadap film yang sudah diadaptasi di berbagai negara masih berlanjut. “Miracle Cell in No. 7” yang disutradarai Hanung Bramantyo untuk versi Indonesianya, umpamanya. Film itu menarik perhatian banyak orang. 

Salah satu dari sekian banyak yang tertarik dan menonton adalah Maya Harjiana Agustina (21) yang menjadi mahasiswa semester 5,  Program Studi D3 Akuntansi, Akademi Akuntansi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara (AA YKPN) Yogyakarta. Menurut Maya, film tersebut sangat direkomendasikan bagi orang lain. “Film (nya) bertema keluarga dan sangat cocok untuk bikin (penonton) terharu,” ujar Maya pada Minggu (2/10/2022). 

Film tersebut mengisahkan perjuangan seorang ayah yang harus merawat anaknya di dalam penjara dan ternyata ia sebenarnya menjadi korban salah tangkap sekaligus harus menerima vonis hukuman mati,  padahal ia tak melakukan kejahatan yang didakwakan kepada dirinya. “Nilai (dalam film) menyentuh kasih sayang tulus seorang ayah yang  berkebutuhan khusus kepada anaknya” kata Maya.

Film itu juga beralur maju mundur dengan perjuangan sang anak untuk membersihkan nama ayahnya yang sudah dihukum mati. “Anak mencurahkan kasih sayang  dengan membersihkan nama ayah yang tercoreng gara-gara salah (tangkap, lalu menjadi) terdakwa atas pembunuhan tersebut,” lanjutnya.

Film seperti “Miracle in Cell No. 7” dan beberapa film lain yang masih tayang, bukan tak mungkin akan terus meningkat jumlah penontonnya. Jumlah film lain yang sama-sama menggencarkan promosi, bisa jadi masih akan terus bertambah. Apapun yang terjadi, kenaikan jumlah penonton film di Indonesia adalah hal yang patut disyukuri. Tingkat apresiasi masyarakat meningkat terhadap film Indonesia menjadi hal yang penting dan pertunjukan dari makna tulisan ini.
Fajar Wahyu Sejati, mahasiswa Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.