Puncak Kelud yang Gagah, Raksasa, Meraja

2
912

Gugusan bukit yang meliuk tinggi rendah langsung tampak begitu kaki menapak di Puncak Bayangan Gunung Kelud.  Bukit yang meliuk itu kerap dijuluki Jalur Naga lantaran bentuknya yang berkelok naik-turun seperti seekor ular raksasa. Jalur Naga tampak hijau segar dari tempat kami berdiri. Sungguh menyihir mata siapa pun yang memandangnya. Sementara itu, di ujungnya, yang tampak paling gagah dan berkuasa, tampak coklat kehitaman dari jauh.

Jalur Naga hanya selebar terbukanya dua kaki. Jalan ini diapit jurang dengan kedalaman ratusan meter ke bawah. Kalau saja tidak  di kanan-kiri tidak tumbuh semak belukar, melewati jalur culas ini terasa mengerikan. Dari Puncak Bayangan menuju Puncak Kelud berketinggian 1.731 mdpl, kami mesti melewati turunan curam dan terjal sepanjang kira-kira 300 meter dengan kemiringan kira-kira 45 derajat. Lantas, setelah turunan ini ada jalanan datar yang biasa disebut ‘bonus’ oleh para pendaki. Bonus ini tak panjang, hanya sekitar 7 menit langkah kaki.

Setelahnya, kami dihadapkan pada tanjakan yang ekstrem. Beberapa kali langkah kami terhenti, diam di tempat dalam hitungan detik untuk mendongak, masih seberapa tinggi tanjakan yang harus kami lalui. Beberapa detik yang berharga kami manfaatkan untuk mengatur napas. Ujung dari tanjakan ini adalah sebuah dataran yang cukup luas berisi pasir dan kerikil.

Jalur Naga dilihat dari puncak Bayangan. (Foto: Isna)

Di sana kami menurunkan tas keril sejenak. Duduk bersandar meluruskan kaki sambil meneguk air putih. Udara sangat segar di sini. Jalur Naga tampak indah sekali dari tempat kami rebah. Di atas kami, masih ada tumpukan bebatuan disusul dengan tebing batu yang juga membutuhkan tenaga cukup untuk melewatinya.

Dengan menggunakan rok saat mendaki, perjalanan ini membutuhkan usaha ekstra untukku. Apalagi saat melewati bebatuan, sesekali aku merangkak. Lutut hampir bertemu dengan dada. Tangan pun turut membantu jadi alat berjalan. Puncak sudah di depan mata. Hamparan tanah tak begitu luas tapi cenderung memanjang. Kanan kirinya ada tebing-tebing batu setinggi puluhan meter. Tampak gagah, raksasa, meraja.

Tak lama kami berada di puncak. Selepas mengabadikan momen, yang pasti dengan plakat bertuliskan Puncak Kelud, tujuan kami selanjutnya ialah kawah. Inilah yang paling khas dari berbagai eksotisme Gunung Kelud via Desa Tulungrejo, Blitar.

Perjalanan diawali dengan menepi di sisi-sisi tebing berbatu. Yang paling menantang adalah ketika ada satu bagian tebing yang rupanya belum lama longsor. Lebarnya benar-benar selebar kaki. Sebelah kiri jurang, dan sebelah kanan bebatuan besar yang jadi dinding tebing. Itulah yang jadi satu-satunya alat berpegangan.

Sebagai orang yang takut ketinggian, ini merupakan tes adrenalin  buatku. Tanganku berkeringat saat merambat sambil memegangi batu. Tapak kakiku seakan tak sampai-sampai meski sebenarnya tak panjang yang harus kulalui.

Setelah naik turun di samping tebing, menyusuri bekas jalur lahar saat Kelud meletus 2014 silam, sampailah kami di bibir kawah. Kawah Kelud tampak sangat cantik dan eksotis di bawah sana. Cairannya yang kuning kehijauan dipagari tebing-tebing kecoklatan. Kontras. Menawan. Langit yang biru dan sinar matahari kekuningan yang menimpa permukaan pasir dan batu makin memanjakan mata. Belum lagi angin yang semilir berhembus. Rasa hati tak ingin beranjak dari secuil syurga di tengah Jawa Timur ini.

Ibarat kota dengan gedung-gedung tinggi, padahal pasir dan kerikil.

Kelud memang indah. Hutan yang masih rapat. Anggrek-anggrek cantik yang berayun menumpang di pohon-pohon yang basah. Udara yang bersih. Tak butuh waktu lama untuk mencumbui pesona Kelud. Cukup berlibur di Sabtu-Minggu saja layaknya pekerja, otak akan tersegarkan kembali.

Cukup merogoh kocek 20 ribu untuk tiket masuk, parkir, sekaligus ojek pulang-pergi dari pos registrasi ke hutan pinus, trek awal pendakian Gunung Kelud. Untuk mencapai pos 1 butuh waktu sekitar 1 jam. Pos 1 berupa shelter atau lahan beratap untuk istirahat. Tak jauh dari pos 1 ada sumber air yang bisa digunakan untuk mengisi ulang botol yang kosong. Jarak dari pos 1 ke pos 2 mulai berupa tanah menanjak, masih dengan hutan-hutan rapat di sekelilingnya. Butuh waktu sekira 1 jam untuk mencapai pos 2.

Pos 2 ke pos 3 pun tak jauh beda. Tanjakan-tanjakan ringan selama 1 jam. Pos 3 dengan puncak Bayangan, atau kerap dijuluki Punuk hanya berjarak 10 menit.

2 COMMENTS

Comments are closed.