Pelatihan Membuat Podcast Rohani di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

57
558

Podcast  telah menjadi metode siaran kekinian yang disukai anak muda. Tapi, apa jadinya bila isi dari podcast adalah sharing tentang kerohanian dan pendalaman iman yang notabenenya kurang diminati oleh generasi muda saat ini?

Podcast dan kerohanian terdengar seperti sebuah kolaborasi baru yang berbeda dan unik, khususnya bagi Paroki Santo Yusuf Karang Pilang Surabaya. Rasa penasaran itu akhirnya dijawab oleh dosen beserta mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) dengan mengadakan pelatihan podcast bertema “Pewartaan Jaman Now: Pendampingan Produksi Siaran Audio (Podcast) sebagai Perwujudan Katakese Digital Gereja Katolik” pada Minggu (12/9/2021).

Acara yang berlangsung selama tiga jam melalui zoom meeting itu adalah implementasi kegiatan pengabdian masyarakat yang merupakan salah satu bagian dari tri dharma perguruan tinggi. Bentuk dari pengabdian tersebut adalah membantu paroki sebagai komunitas kerohanian katolik dalam memenuhi misi gereja.

Salah satu mentor pelatihan podcast sedang memantau jalannya acara. Foto : Chikita Imanuela

Adanya pembatasan pertemuan secara tatap muka akibat pandemi Covid-19 mendorong paroki untuk tanggap merubah konsep pewartaan ke versi digital. Kebutuhan itu ditangkap oleh dosen Fakultas Ilmu Komunikasi UKWMS, Theresia Intan Putri Hartiana dan Brigitta Revia Sandy Fista, sebagai landasan inisatif dalam memberikan kontribusi nyata atas kebutuhan tersebut.

Berkaitan dengan tujuan besar tersebut, pelatihan podcast  menghadirkan RD. Silvester Elva Permadi, romo Paroki Algonz dan romo komisi kepemudaan untuk memberikan materi kerohanian tentang katakese berbasis digital (Kebal). Romo Elva memberikan penekanan pada esensi materi podcast rohani yang harus mengutamakan kebenaran agar tidak menyesatkan pendengar.

Pemaparan materi dilanjutkan oleh Helen Tjokrowardojo, seorang konten kreator yang membahas mengenai teknis pembuatan podcast dan penulisan skrip. Ketika mengetahui sasaran peserta didominasi oleh orang yang berusia lebih tua, Helen menyusun strategi dan persiapan agar materi yang disampaikan dapat diterima oleh audiens.

“Awal-awal tuh aku langsung mikir. Oh, oke berarti ngomongnya harus lebih lambat. Pertimbanganku juga dari papi- mamiku, kira-kira mereka bisa pakai aplikasinya atau enggak,” jelasnya. Ia juga dibantu oleh para mentor yang merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UKWMS dari angkatan 2019 dan 2020.

Kolaborasi lintas generasi 

Pemaparan materi podcast oleh Helen Tjokrowardojo, seorang konten kreator, Foto : Karel Sebastian.

Disitulah keunikannya. Para mahasiswa yang masih sangat muda berkesempatan mengajari peserta yang usianya jauh lebih tua. Kolaborasi lintas generasi ini menjadi pengalaman baru sekaligus tantangan bagi mahasiswa karena mereka dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan baik agar materi dalam pelatihan podcast dapat diikuti oleh audiens.

Salah satu mentor, Karel Sebastian memiliki strategi khusus untuk menyiasati hal tersebut. “Pertama harus bisa mencairkan suasana dulu dan pengulangan terus menerus. Soalnya namanya juga bapak-bapak ya, jadi kalo kasih instruksi harus diulang-ulang biar paham. Tapi pas kasih intruksi harus sopan, biar mereka merasa dihargai,” ujarnya.

Sistem dalam pelatihan podcast setelah pemaparan materi adalah pembagian peserta ke dalam lima breakout room. Satu breakout room diisi oleh dua mentor bersama kurang lebih tiga peserta. Tiap mentor mengajarkan cara menggunakan aplikasi Anchor, membuat naskah podcast yang menarik, dan berlatih voice over.

Setelah diberikan tutorial, peserta langsung diminta untuk mempraktikkan materi yang sudah disampaikan. Ketika tiba waktunya untuk membuat naskah, ada peserta yang selesai dengan cepat. Ada juga yang masih bingung cara membuat kata-kata dan akhirnya meminta mentor untuk membantu. Pelatihan berlangsung dengan santai menyesuaikan antusias peserta yang terus ingin belajar.

Beragam kesan positif diungkapkan oleh para peserta, salah satunya Stefanus Yuyut yang mengaku mendapat banyak ilmu lewat pelatihan. “Luar biasa dan bermanfaat bagi perkembangan katekis gereja secara digital karena akhirnya paham tentang berkatekis melalui media sosial dalam hal ini podcast, sehingga dapat membantu pertumbuhan iman umat,” ungkapnya.

Pernyataan Stefanus mewakili respon 45 peserta yang hadir dalam pelatihan. Antusiasme mereka terlihat dari kesetiaan  mengikuti acara dari awal hingga akhir. Hal itu  menjadi bukti bahwa podcast tidak hanya digandrungi anak muda, namun perlahan meluas ke generasi diatasnya. Metode itu juga bisa dimanfaatkan untuk menyebarkan warta baik dan semangat pendalaman iman yang dapat ditiru oleh masyarakat Indonesia dari semua aliran kepercayaan.

Penulis : Zha Zha Elenita Santoso, mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Fotografer : Chikita Imanuela dan  Karel Sebastian, keduanya mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya 

 

 

Comments are closed.