Indonesian Scholars International Convention (ISIC) 2019: Embracing Indonesia Resilience 2045

0
278

Mengusung tema utama “Embracing Indonesia Resilience 2045: A triple-helix approach of economic, social and infrastructure developments from Indonesia-UK perspective”, Perhimpunan Pelajar Indonesia di Inggris (PPI UK) kembali menggelar acara tahunan untuk ke-19 kalinya bertajuk Indonesian Scholars International Convention (ISIC) pada 22-23 Juni 2019 di University of Nottingham.

Perhelatan ini menjadi kesempatan bagi akademisi, kalangan praktisi dan profesional Indonesia untuk berbagi ide dan membangun kolaborasi di kancah internasional. Acara dibuka oleh Duta Besar Indonesia untuk Britania Raya dan Irlandia, Dr. Rizal Sukma, dan Vice Chancellor University of Nottingham, Prof. Shearer West. Dr. Rizal Sukma menjabarkan bahwa ISIC merupakan kegiatan besar yang memberikan manfaat kepada segenap pelajar Indonesia di Inggris dan negara lainnya. Prof. Shearer West menekankan bahwa kerjasama University of Nottingham dengan 19th ISIC dari PPI UK merupakan salah satu bentuk dukungan dan kerjasama antara Inggris dan Indonesia dalam membangun resiliensi Indonesia 2045 melalui pendekatan triple-helix.

Sebagai student-led-activity, kepanitiaan ISIC beranggotakan para pelajar dan peneliti dari berbagai universitas se-Inggris Raya. Lury Sofyan, selaku ketua Panitia dari 19th ISIC menjelaskan bahwa 19th ISIC merupakan kesempatan untuk menyongsong momentum Indonesia emas, sehingga seluruh komponen bangsa terutama pemerintah, akademisi dan industri perlu meningkatkan kolaborasi untuk mendorong inovasi dan kerja nyata bagi Indonesia.

Dihadiri lebih dari 100 peserta dari beberapa universitas di Indonesia dan Inggris, 19th ISIC menampilkan 27 pembicara yang berasal dari beragam latar belakang dan bidang keahlian mengisi dua sesi plenary dan 12 sesi paralel. Komite tim ilmiah yang diketuai oleh Wahyudin P. Syam melalui peer-review telah memilih 76 tulisan ilmiah terbaik dari 235 jumlah total yang diterima tim panitia Call for Paper. Dari 18 tulisan terbaik, ada delapan yang dipresentasikan dan jumlah peserta poster presentation mencapai 40. Angga Fauzan, Koordinator tim Eksternal menyampaikan bahwa antusiasme peserta ISIC tahun ini sangat tinggi. Pendaftar general participant dan submission paper meningkat tiga kali lipat dari tahun sebelumnya. Panitia menerima 235 paper dari 8 negara. Sebanyak 225 paper berasal dari lembaga universitas dan sepuluh lainnya berasal dari industri perusahaan, institusi  pemerintahan maupun lembaga riset. Tidak hanya peserta Call for Paper yang menunjukkan animo tinggi, panitia sempat membuat skema waiting list untuk pihak yang mendaftar sebagai general participants.

Kegiatan pada hari pertama dimulai dengan sesi plenary oleh beberapa pembicara kunci mengenai berbagai perspektif landasan dari tema utama, seperti Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti yang memaparkan mengenai rencana jangka panjang pendidikan tinggi. Lebih lanjut dituturkan bahwa pendidikan tinggi merupakan salah satu pondasi penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia sehingga mereka mampu beradaptasi dengan rencana pembangunan Indonesia demi mencapai resilien 2045.

…The role of education is to escape middle income…by improving competitiveness and increasing people’s prosperity through higher education,” papar Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti

Lely Pelitasari Soebekty SP., ME., Wakil Ketua Ombudsman RI pun menyampaikan topik mengenai peran pemerintah dan governance urgency dalam mempersiapkan 2045 bagi Indonesia, terutama dari sisi aspek penyedia public services atau pelayanan publik yang berintegritas. Ombudsman ada untuk mengawasi bahwa good governance dilaksanakan dengan baik oleh pihak-pihak yang terlibat, lebih lanjut disampaikan “To achieve good governance and good public service in Indonesia, we need to start now, we need to start from ourselves, . . . Integrity is all”.

19th ISIC pun memiliki 12 parallel session dengan tema yang meliputi  pendidikan dasar, perkembangan ilmu pengetahuan, keberlanjutan lingkungan, korupsi dan kemiskinan, sistem kesehatan, manajemen bencana alam, transportasi, ekonomi kreatif, hingga Big Data. Seluruh tema penting tersebut menjadi lebih menarik dengan pemaparan dari para pembicara yang berasal dari berbagai sektor. Dalam sesi ini, para peserta dapat mendengarkan penjelasan para narasumber sekaligus berdiskusi secara langsung dengan mereka, seperti diskusi dalam sesi kesehatan bersama Prof. Ali Ghufron Mukti dan Dr. Dono Widiatmoko, yang membahas mengenai perbandingan sistem asuransi kesehatan di Inggris dan Indonesia, “NHS yang telah mapan secara sistem pun tidak lepas dari perubahan dan adaptasi, sehingga BPJS pun perlu dipandang sebagai proses perubahan dan adaptasi menuju sistem yang dapat meningkatkan aksesibilitas kesehatan yang lebih merata”.

Di setiap sesi paralel, peserta oral presentation yang merupakan peneliti dari bermacam-macam latar belakang, baik pelajar, akademisi, maupun kaum profesional mendapat masukan yang berguna bagi perkembangan riset mereka dari pembicara utama di masing-masing sesi.

Acara penutupan dalam rangkaian 19th ISIC dan dihadiri oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Aminudin Aziz, dilakukan pemberian penghargaan kepada dua peserta terbaik di tiap kategori Oral dan Poster Presentation. Pemenang kategori Best Oral Presentation adalah tim yang beranggotakan Yoni Atma, Hanifah Nurul Lioe, Endang Prangdimurti, Hermawan Seftiono, Moh. Taufik, Dita Fitriani, dan Apon Zaenal Mustopa dengan penelitian berjudul “Gelatin Hydrolysate from Bone of Indonesian Pangasius Catfish (Pangasius Sutchl) as Dipeptidyl Peptidase IV (DPP-IV) inhibitor for Anti-diabetes”; dan tim I Nyoman Gede Maha Putra dan Ida Bagus Gede Parama Putra dengan “Reinventing Place-Identity and Embracing New Economic Opportunities”. Kategori Best Poster Presentation dimenangkan oleh tim Muhammad Riyansyah, Pratama Budi Wijayanto, Bambang Riyanto Trilaksono, Seno Adi Putra, Dina Shona Laila dengan “Real-time Bridge dynamic Response: Bridge Condition Assessment and Early Warning System”. Pemenang lain di kategori ini adalah Amaliyah dengan “Analysing Fraud Causes: Individual or organization Culture”.

Kesuksesan penyelenggaraan 19th ISIC tidak lepas dari dukungan sejumlah pihak selain KBRI dan PPI UK adalah Persatuan Pelajar Indonesia Nottingham (PPI Nottingham), Keluarga Islam Indonesia Britania Raya (KIBAR), Lingkar Studi Papua (LSP), Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4), dan Nusantara Innovation Forum (NIF). Hal lain yang sangat penting untuk digarisbawahi dan selayaknya diteruskan dalam penyelenggaraan ISIC berikutnya adalah 19th ISIC menggandeng beberapa jurnal yang sudah memiliki indeks scopus untuk menerbitkan tulisan ilmiah terbaik dalam ajang ini dan menerbitkan e-prosiding yang memiliki ISSN.

Penulis: Hafid Prasetyo, Anggota Perhimpunan Pelajar Indonesia di Inggris (PPI UK)