Kartini, Awal Dari Emansipasi Wanita?

56
915

Mengapa bisa RA Kartini dikatakan sebagai pelopornya emansipasi wanita? Setiap tanggal 21 April masyarakat Indonesia selalu memperingati Hari Kartini, sesosok pahlawan perempuan yang memperjuangkan nasib dan kesetaraan gender perempuan Indonesia pada masa itu dari segi pendidikan. Kartini yang terlahir dari keturunan bangsawan melihat adanya ketidakadilan pada kaum wanita pada saat itu, karena yang boleh menerima pendidikan dan berbagai fasilitas lainnya hanyalah kaum pria dan wanita yang kaum bangsawan, namun tidak dengan kaum wanita masyarakat biasa.

Puteri Bupati Jepara itu berjuang mewujudkan kesetaraan perempuan Indonesia agar para perempuan bisa mendapatkan pendidikan, berbagai fasilitas di masyarakat sama seperti yang didapatkan oleh laki-laki, dan bisa berdampak dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Berawal dari Kartini memiliki teman asal Belanda yang selalu bertukar surat dengannya tentang kehidupan kondisi sosial orang-orang disekitar, terutama perempuan pribumi.

Kemudian ia melihat bahwa ternyata masyarakat perempuan Indonesia sangat tertutup, padahal seharusnya perempuan juga bisa mendapatkan hal yang sama seperti yang didapatkan oleh laki-laki. Kartini yang memiliki pengetahuan luas dengan cara berfikir tidak hanya dari satu sudut pandang, tetapi dari berbagai sudut pandang, menilai bahwa ada yang salah di masyarakat Indonesia ini mengenai kesetaraan gender.

Kemudian, ia menyatukan semua surat yang dia buat, sehingga terciptalah buku yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Pada akhirnya, Kartini dapat mewujudkan mimpinya untuk membangun sekolah untuk kaum perempuan, yang didukung oleh suaminya juga.

Walaupun Kartini tidak berumur panjang dan melihat dari apa yang telah ia lakukan, apa yang Kartini tulis dalam surat-suratnya dan juga sekolahnya mulai menjadi sebuah insprasi untuk membuat sebuah perubahan. Wanita tidak lagi dilihat sebagai sosok korban karena “dijajah” oleh pria. Namun, perempuan adalah sosok penolong yang kuat, yang tidak menyerah akan keterbatasannya, dan berjuang untuk memberi yang terbaik kepada masyarakat sekitar.

Justinus Hervito Suryoatmojo, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang