Pemanfaatan Lahan Untuk Obyek Wisata Anak

0
1184

Mahasiswa KKN Tim I 2019 Universitas Diponegoro di Desa Karangduren melaksanakan program pembuatan masterplan mini “waterboom” bekerjasama dengan karang taruna Dusun Kaligintung Desa Karangduren, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.

Berdasarkan hasil survei, pembuatan masterplan ini dilatarbelakangi oleh banyaknya lahan kosong yang belum dimanfaatkan dan keinginan kelompok karang taruna untuk membuat tempat wisata bagi anak-anak. Hal tersebut mendorong mahasiswa KKN terutama dari Fakultas Teknik Undip berinisiatif untuk membuat desain masterplan mini waterboom.

Alasan memilih waterboom itu sendiri karena area lahan kosong tersebut terdapat sumber air yang melimpah sehingga cocok digunakan sebagai objek wisata “waterboom”. Sasaran pengunjung waterboom nanti adalah dari warga setempat, pengunjung dari luar daerah dengan sasaran utama kalangan anak – anak.

Konsep desain mini “waterboom” mempertimbangkan tiga hal utama yaitu lahan yang digunakan berada di tengah sawah, tempat yang didesain adalah waterboom yang berhubungan dengan elemen air dan elemen dekorasi adalah bambu, karena harganya ekonomis dan cocok dengan lokasi yang dibangun. Desain area  mini “waterboom” terdiri dari empat bagian yaitu tempat parkir, jembatan penghubung, mini “waterboom” dan sawah. Luas lahan yang digunakan adalah kurang lebih 1.700 meter persegi untuk area waterboom dan 2.300 meter persegi untuk area parkir.

Dalam desain masterplan mini waterboom menyuguhkan berbagai fasilitas, diantaranya taman bermain, spot berfoto dengan latar belakang pemandangan alam, taman jajan, gazebo yang nyaman untuk bersantai dengan keluarga selain itu juga dilengkapi dengan mushola, kamar mandi, ruang ganti, dan tempat parkir yang luas.

Setelah dilakukan program mengenai perencanaan dan perancangan desain mini “waterboom” sebagai objek wisata anak, ternyata lahan kosong tersebut masih bisa digunakan untuk meningkatkan kegiatan perencanaan dan pembangunan desa. Perangkat desa dapat menggunakan desain tersebut sebagai acuan pembangunan atau meredesain kembali sesuai kebutuhan desa.

David, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang