Nadya Permata: Di balik Senyum Prestasi Atlet Wushu

54
667

  Atlet merupakan orang yang berada di depan layar dalam membanggakan Indonesia. Kesenangan bagi para atlet adalah ketika dikumandangkannya lagu Indonesia Raya. Di balik senyum prestasi yang ada pada atlet tersimpan banyak cerita di dalamnya. Banyak orang menganggap atlet dengan sebelah mata saja. Orang-orang banyak berpikir bahwa atlet hanya bisa melakukan kerjaanya sebagai atlet dan kebanyakan orang berpikiran hal buruk sebagai atlet.

Padahal perlu diketahui bahwa atlet juga membutuhkan pendidikan guna mengharumkan nama bangsa kita tercinta. Lewat kerja keras berupa latihan rutin yang menyita waktu dan tenaga, mereka membuat bangsa kita bangga di forum internasional melalui prestasi yang mereka ukir.

Atlet asal DKI Jakarta itu menceriterakan, sebagai atlet kesehariannya yang selalu ia lakukan hanyalah satu, latihan, latihan dan latihan

Kebetulan teman saya seorang atlet wushu dengan aliran Taolu untuk menampilkan gerakan bela diri yang indah dipandang mata. Saya mempunyai kesempatan untuk mewawancarai Nadya Permata Setiawan, atlet muda wushu yang berprestasi cemerlang. Selain langganan memenangkan berbagai pertandingan di dalam dan luar negeri, gadis yang mulai latihan wushu sejak usia delapan tahun itu terakhir meraih medali perak dalam Kejuaraan Dunia Wushu Junior di Brasilia pada Juli 2018 lalu.

Atlet asal DKI Jakarta itu menceriterakan sebagai atlet kesehariannya yang selalu dilakukan hanyalah satu yaitu latihan, latihan dan latihan. Kegiatan harian yang selalu latihan ini membuat orang-orang disekitar Nadya bertanya-tanya mengapa ia tetap kuliah.

Kebanyakan orang menganggap remeh atlet kalau atlet itu butuh pendidikan. Padahal seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, pendidikan itu penting untuk seluruh rakyat Indonesia karena salah satu tujuan Indonesia yang terdapat pada UUD 1945 adalah meningkatkan kecerdasan bangsa.

Pendidikan bagi Nadya adalah hal yang sangat penting oleh karena itu meskipun atlet ia  tetap berkuliah. Nadya kuliah di Bina Nusantara University Jakarta mengampuh jurusan teknologi informasi. Saya terkejut ketika mengetahui jurusan yang ia ambil karena jurusan teknologi informasi cukup berat, namun ia tetap mengambil jurusan itu.

Cermat membagi waktu 

Kuliah di jurusan yang tidak mudah itu Nadya harus membagi waktu antara kuliah dan latihan. Tidak mudah bagi Nadya harus membagi waktu antara latihan dan atlet. Hebatnya ia tetap memilih dua-duanya sebab menurut Nadya tidak boleh hanya memandang satu pihak yang lebih penting. Menurutnya, baik pendidikan dan menjadi atlet adalah sama-sama penting bagi dirinya.

Kegiatan keseharian Nadya adalah ia kuliah pagi dari jam 7.00 sampai 15.00 WIB. Ia pun tidak pernah merasa terganggu dengan jadwal kuliah ini karena sudah enak. Setelah itu ia pulang dan mengerjakan tugas dari dosen atau membuat proyek atau hal-hal yang perlu dikerjakan. Ia mempunyai waktu dari pukul 15.00 sampai dengan 19.00 WIB.

Pada pukul 19.00 Nadya latihan sampai dengan pukul 21.30. Selesai latihan ia  pulang dan membereskan barang yang dibutuhkan untuk besok pagi. Ia tidak merasa bentrok dengan jadwal yang ia miliki.

Di era 2019, pendidikan tergolong penting bagi siapapun. Meskipun atlet tetap butuh yang namanya pendidikan, Ia ingin membuktikan ke semua orang bahwa atlet itu tidak buruk. “Banyak orang selalu berbicara kalau atlet itu enggak pintar,” katanya.

Prestasi akademik dan non akademik

Pendapat itulah yang memberinya alasan untuk tetap menjadi atlet yang masih aktif di Tim Nasional Wushu sekaligus menjadi mahasiswa jurusan teknik informasi. Ia ingin membuktikan ke pada orang-orang bahwa atlet juga bisa menjadi pintar sehingga ia berharap kedepannya tidak ada lagi orang yang beranggapan bahwa atlet tidak pintar.

Sudah menjadi atlet dan kuliah itu belum cukup untuk Nadya. Ia tetap aktif di unit kegiatan mahasiswa (UKM). Unit Kegiatan yang ia ikuti adalah, UKM Sepakbola Binus University. Lagi alasan Nadya tetap aktif di UKM untuk menekankan bahwa kalimat “atlet itu nggak punya hidup” itu nggak bener.

Buktinya ia tetap bisa menjalani peran tiga hal, menjadi atlet, mahasiswa, dan aktif di UKM. Sebagai mahasiwi pun ia tetap mampu meraih nilai bagus di jurusan Teknologi Informasi Binus. Tak heran prestasi di Timnas  Wushu terus meningkat, sementara di kampus ia menjadi ketua Organisasi Kemasiswaan Binus University tahun 2019 ini.

Tentu meski memiliki banyak tantangan dalam menjadi atlet pasti akan ada kenangan baik yang akan tersimpan dan selalu diingat. Perjalanan Nadya menjadi atlet pun melewati perjalanan yang panjang hingga akhirnya ia bisa menjadi Nadya seperti sekarang.

Dimanapun ia ikut lomba yang membuat seorang atlet senang dan bangga adalah ketika berhasil meraih medali di luar negeri. Terlebih jika lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang di negeri orang karena prestasinya.

ia bisa menyanyikan lagu Indonesia raya sambil menangis karena terharu

Nadya mengungkapkan, ia bisa menyanyikan lagu Indonesia Raya sambil menangis karena terharu, kerja kerasnya mendapatkan hasil dan membuat nama Indonesia di mata dunia lebih terkenal. Setiap orang memiliki perjuangan masing-masing, namun orang lain tidak pernah tahu perjuangan orang seperti Nadya, karena hanya orang  itu sendiri yang tahu dan merasakan perjuangan dirinya.

Ia berharap kita sebagai orang muda dapat melihat perjuangannya dalam meraih prestasi yang tidak hanya di akademik tetapi juga dalam non-akademis. Kita semua mempunyai tujuan yang satu yaitu mengharumkan nama bangsa Indonesia.

Hellenia Salim