Selamatkan “Rhino”, Selamatkan Bumi Kita

    1
    316

    Siapa yang tidak tahu badak, mamalia raksasa dari keluarga Rhinocerotidae ini sudah mengembara di bumi lebih dari 50 juta tahun. Namun disayangkan,  masa keberadaan hewan ini di bumi mungkin tinggal menghitung tahun saja. Seiring berjalannya proses evolusi dan berbagai masa kepunahan yang terjadi di bumi, kini badak yang tersisa  ada di muka bumi hanya lima jenis, tersebar di Asia dan Afrika.

    Padahal awalnya diperkirakan ada 30 jenis badak yang tersebar di seluruh penjuru benua. Badak yang tersisa yaitu badak putih dan badak hitam yang mendiami benua Afrika, badak India yang merumput di savana di Nepal dan India. Terakhir badak Sumatera yang berada di hutan-hutan Sumatera, Kalimantan, dan Semenanjung Malaysia, serta badak Jawa yang berada di Jawa dan Vietnam.

    Di pasar gelap, harga cula badak berkisar antara $60.000 (Rp 870 juta) sampai $100.000 (Rp 1,4 miliar) per kilo sehingga menjadikan pekerjaan memburu cula badak  sebagai “tambang emas” yang menggiurkan

    Badak memiliki ikon berupa cula yang ada di atas kepalanya dan bisa tumbuh hingga 80 sentimeter yang menjadikan hewan itu nampak hebat. Namun ironisnya, cula itu pula yang membawa badak menuju kepunahannya karena banyak pemburu menginginkan mengambil cula si badak. Jika cula hilang, maka badak pemilik cula akan mati karena usaha pemburu untuk mengambil cula sudah pasti menyakiti hewan itu hingga membawa kematiannya.

    Di pasar gelap, harga cula badak berkisar antara $60.000 (Rp 870 juta) sampai $100.000 (Rp 1,4 miiar) per kilo sehingga menjadikan pekerjaan memburu cula badak  sebagai “tambang emas” yang menggiurkan. Perburuan liar atas badak membuat populasi badak di dunia turun menjadi 29.000 ekor, padahal di awal abad ke-20 ada 500.000 ekor badak yang merumput di Afrika dan Asia.

    Cula badak biasanya dijadikan belati, figuran, atau bahkan menurut kepercayaan bangsa Arab dan Cina cula badak bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit bahkan kanker sehingga banyak dicari orang. Namun faktanya cula badak terbuat dari zat keratin, bahan yang sama seperti rambut dan kuku kita, jadi sangat tidak mungkin jika cula badak bisa menjadi obat kanker. Disayangkan walau informasi tersebut sudah tersebar ke khalayak, perburuan tetap saja terjadi.

    Upaya konservasi

    Berbagai kegiatan konservasi telah dilakukan agar populasi badak tetap terjaga. Kegiatan konservasi itu misalnya, dengan membuat balai konservasi, taman nasional, juga kampanye anti penebangan liar dan perburuan atas badan. Namun tetap saja populasi badak kian menurun tiap tahun.

    Bahkan perburuan liar masih sering dijumpai di area konservasi, dan lebih mengejutkan lagi beberapa taman nasional menyiapkan paket khusus untuk berburu badak dan hewan terancam punah lainnya. Kejadian ini menyebabkan spesies badak putih utara semakin mendekati kepunahan, karena hanya tersisa tiga ekor saja dan semuanya betina. Belum lagi badak jawa yang merupakan badak “tertua” yang masih hidup di era sekarang yang hanya bersisa 30 ekor saja.

    Badak jawa juga telah dinyatakan punah di alam liar, padahal badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar mulai dari sepanjang Asia Tenggara hingga ke India serta Tiongkok. Hutan yang habis dibabat untuk pemukiman di Jawa menjadi penyebab jatuhnya populasi badak endemik Ujung Kulon itu.

    Selain karena ulah manusia, alam juga berkontribusi dalam kondisi yang mengakibatkan kepunahan badak. Meletusnya gunung Krakatau pada tahun 1883 menyebabkan lebih dari 60% populasi badak Jawa dan Sumatera musnah. Lalu pemanasan global membuat badak di Afrika dan India banyak yang mati dehidrasi karena kubangan tempat minum mereka kering lebih lama. Hal itu terjadi karena hujan yang datang terlambat.

    Selain itu masa kehamilan badak betina lama, yakni 16-18 bulan sehingga menyebabkan kenaikan populasinya lambat. Ditambah jika sudah terlahir, anak badak cukup rentan terhadap predator. Tiap tahun lebih banyak badak yang mati dari pada badak yang terlahir. Badak juga rentan terhadap penyakit menular, seperti infeksi usus dan kelamin, bahkan juga bisa terkena kanker.

    Berperan penting 

    Badak sendiri merupakan hewan yang sangat memengaruhi ekosistemnya. Badak menjadi alat penyebar benih alami di ekosistemnya, hal ini diketahui setelah di lakukan penelitian di Taman Nasional Kruger, Afrika Selatan. Hasilnya di area yang dihuni banyak badak terdapat padang rumput yang lebih luas dari pada di area yang lebih sedikit badaknya.

    Padang rumput sangat penting bagi rantai makanan karena merupakan sumber makanan bagi herbivora di sana seperti zebra, kijang, rusa, kerbau afrika, dan lainnya. Dengan melimpahnya herbivora, hewan karnivora yang terancam punah seperti macan tutul, singa, dan citah memiliki kesempatan untuk meningkatkan populasinya.

    Direktur Eksekutif Yayasan Badak Indonesia Widodo S Ramono menyebutkan badak merupakan satwa “browser” atau pemakan semak dan pucuk dedaunan. Apa yang dilakukan badak itu penting untuk memelihara kualitas hutan. Saat pucuk daun atau ranting muda dimakan, maka pucuk baru yang tumbuh akan menyerap karbon dioksida yang lebih banyak jumlahnya ketimbang pucuk daun yang tua. Proses yang terjadi itu pada akhirnya bisa mengurangi pemanasan global.

    Begitu banyak peran badak bagi ekosistem bahkan bagi bumi, sangat disayangkan apabila hewan tersebut punah dari muka bumi. Bukan saja akan berdampak bagi alam, namun dengan kepunahannya pasti tidak lama kemudian beberapa hewan langka yang bergantung kepadanya juga akan bernasib sama.

    Apa yang bisa kita lakukan jika mau menunjukkan kepedulian kepada badak ?  kalian bisa misalnya, bergabung menjadi relawan World Wild Life Fund for Nature atau WWF Indonesia.

    Oleh karena itu perlu keikutsertaan dan kepedulian kita bersama untuk menjaga agar hewan berzirah ini tetap eksis hingga anak cucu kita nanti masih bisa melihat dan menikmati apa yang badak perbuat untuk lingkaran kehidupan di muka bumi.

    Apa yang bisa kita lakukan jika mau menunjukkan kepedulian kepada si badak ? Kalian bisa bergabung menjadi relawan World Wild Life Fund for Nature atau WWF Indonesia. Cara lain yang sederhana, mulailah ikut mereboisasi hutan sebagai tempat konservasi, kampanye untuk tidak memburu badak dan sebarkan kabar betapa pentingnya badak bagi kita.

    Kalian juga diharapkan melapor ke pihak berwajib jika mengetahui sindikat jual beli cula badak atau bahkan bagian-bagian tubuh maupun hewan langka lainnya. Save our rhino, save our earth.

    Denis Pascal 

    1 COMMENT