Candu Dalam Pembuatan Film Pendek

52
489

Beberapa tahun terakhir film pendek sudah menjadi cabang perlombaan langganan  yang diadakan oleh beberapa sekolah, tanpa terkecuali SMA Negeri 68 Jakarta. Dalam rangka memperingati Bulan Bahasa, pihak sekolah bekerjasama dengan pengurus OSIS mengadakan “Gebyar Bahasa” yang akan dilaksanakan pada tanggal 23-24 November 2018. Setiap kelas diwajibkan untuk mengikuti seluruh cabang perlombaan termasuk film pendek ini.

Di kelas XI IPS 2, sejak awal beberapa anak sudah membagi tugas serta peran. Saya pun turut berkecimpung dalam proyek pembuatan film pendek tersebut. Mengusung tema berlatar hutan dan rumah kecil, kami sepakat untuk melakukan shooting disekolah namun dengan merancang beberapa tempat agar tetap sesuai dengan tema yang kami harapkan. Akhirnya 16 November 2018 lalu kami melakukan shooting sepulang sekolah.

Persiapan

Arifah sedang menghafal naskah. Foto: Alvito Abimanyu

Tahap pertama yang kami lakukan adalah reading naskah, tujuannya tidak lain ialah agar setiap pemeran dapat menjiwai peran yang dimainkan serta meminimalisir miskonsepsi terhadap  naskahnya. Oh iya, ketentuan sekolah dalam film pendek ini ialah mewajibkan isinya menggunakan 3 bahasa yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Perancis, serta Bahasa Inggris. Sulit sekali bukan?

Oliv sedang merias wajah Mesya agar menyerupai seorang nenek. Foto: Alvito Abimanyu

Selanjutnya setiap aktor dan aktris akan dirias menyerupai peran-peran yang terdapat di naskah. Untuk urusan make-up kami serahkan kepada tangan sakti Olivia Geneva yang sudah membawa banyak peralatan make-up dari  rumah.

Sekadar info, Oliv ini seorang beauty vlogger yang pernah mengikuti kompetisi The Brush Battle Mimles Inspired Makeup 2018. Ia berhasil menjadi juara ke-3. Terbayang sudah hasil polesan tangan Oliv kan ?

Kembali  lagi ke cerita pembuatan short movie ini, setelah itu para pemeran segera take scene yang telah dibagi-bagi. Kami juga memanfaatkan senter dari telepon seluler untuk menunjang beberapa scene yang membutuhkan cahaya lebih.

Kendala terbesar dalam proses shooting ini ialah membutuhkan tenaga yang ekstra bagi seorang videographer, karena harus menentukan angle yang tepat serta mengusahakan agar kualitas video yang dihasilkan tetap bagus.

Susahnya Shooting

Pada saat scene diruang kelas yang mengharuskan ramai seperti dalam proses pembelajaran, kami pun meminta seluruh warga XI IPS 2 itu berakting seperti mendengarkan teman yang sedang presentasi. Rupanya cukup sulit untuk mengkoordinir teman-teman dikelas, kami harus melakukan 3 kali take hingga akhirnya mendapatkan video sesuai dengan yang kami harapkan.

Waktu pun sudah menunjukkan pukul sembilan, kami akhirnya selesai shooting meskipun harus melakukan proses edit lebih ekstra karena harus menerjemahkan ke Bahasa Indonesia apabila di dalam scene tersebut menggunakan Bahasa Inggris dan Bahasa Perancis. Proses editing dilanjutkan esok harinya di rumah Jonathan, videographer kami.

“Capek sih, tapi seru juga ya bikin nagih” Ujar Rahmadiani Mahasetyaputri, salah satu pemeran dalam short movie ini.

Dibalik film pendek yang bagus, ada kerjasama tim yang hebat. Harapan kami, film pendek karya itu bisa menjadi juara sehingga membanggakan wali kelas kami yang telah berharap lebih untuk kelas XI IPS 2. Kami percaya, sebuah hasil tidak akan mengkhianati proses.

Alvito Abimanyu – Magangers Kompas Muda Harian Kompas Batch X, siswa SMA Negeri 68 Jakarta