Go Pangan Lokal, Mahasiswa UGM Mengolah Singkong jadi “Bubble Milk”

0
683

Potensi singkong di Kampung Batang Hari, Kecamatan Rawa Pitu, Kabupaten Tulang Bawang, Lampung sangat melimpah. Luasnya lahan perkebunan daerah transmigran Kabupaten Tulang Bawang itu menjadi faktor pendorong produktivitas. Selain itu, jenis tanahnya pun cocok untuk perkebunan.

Kendati memiliki lahan perkebunan singkong sekitar 300 Ha, singkong masih belum dilirik untuk dijadikan produk unggulan. Permasalahan utama yang dihadapi adalah para petani singkong langsung menjual singkongnya mentah tanpa diolah terlebih dahulu. Harga jual singkong terbilang cukup murah yaitu sekitar Rp1.500/ kg.

Hal ini sangat miris. Andaikan masyarakat bisa mengolahnya menjadi olahan produk pangan tentu ia mempunyai nilai tambah yang sangat tinggi. Di sisi lain, konsumsi terigu yang berbahan dasar gandum terus meningkat mencapai 11,48 juta ton pada tahun 2017. Menurut data Badan Pusat Statistik, konsumsi terigu naik 9 % dari tahun sebelumnya (2016).

selain impor, terigu juga mengandung gluten. Gluten merupakan protein yang dapat mengganggu kesehatan, terutama bagi penderita celiac disease.

Masyarakat biasanya menggunakan terigu untuk hampir berbagai olahan pangan seperti kue, mie, roti dan sebagainya, sehingga bahan baku pangan lokal terabaikan. Padahal sebenarnya selain harus impor, terigu juga mengandung gluten. Gluten merupakan protein yang dapat mengganggu kesehatan, terutama bagi penderita celiac disease.

Alergi terhadap protein gluten menyebabkan gangguan kekebalan. Singkong tidak mengandung gluten sehingga bisa menjadi solusi yang tepat untuk inovasi pangan yang aman untuk kesehatan.

Potensi terabaikan 

Melihat potensi pangan lokal yang besar tetapi terabaikan, mahasiswa KKN-PPM UGM 2018 unit LA-002 berinisiatif mengajak masyarakat kampung Batang Hari untuk melakukan “Go Pangan Lokal”. Hal ini direalisasikan dengan pelatihan pengolahan pangan lokal bersama ibu- ibu PKK di Balai Kampung Batang Hari pada 2 Agustus 2018 yang dihadiri 25 orang.

Produk olahan singkong itu berupa bolu singkong keju dan bubble milk tea. Bolu yang biasanya berbahan baku dari terigu kini diganti dengan singkong dengan tujuan mengurangi penggunaan terigu. Bubble milk tea dibuat dari bahan baku tepung tapioka. Dua resep itu dikenalkan ke masyarakat sebagai referensi wirausaha untuk masyarakat Batang Hari.

Hasil olahan singkong, bolu singkong keju dan bubble milk tea.                             Foto : Tim KKN PPM UGM LA-002

Bolu singkong dibuat dengan cara mengukus campuran pati singkong yang sebelumnya  lebih dulu di kupas, diparut lalu di peras airnya sehingga ada patinya. Kemudian pati singkong, telur, gula halus, dan SP diaduk sampai mengembang dan berwarna putih. Keju yang sudah diparut dimasukkan lalu dicampur. Setelah itu tepung terigu dan singkong yang sudah diparut dengan perbandingan 1:6, baking powder, margarin yang sudah dilelehkan, dan minyak goreng kemudian diaduk dengan spatula sampai merata. Setelah menjadi adonan kemudian dikukus selama 40 menit. Bolu singkong siap disajikan.

Selain tata cara pembuatan, tim mahasiswa UGM juga memberi arahan tentang pemasaran berkait dengan pentingnya memiliki merk. Merk tersebut salah satunya digunakan untuk membedakan dengan produk lain. Merk yang digunakan untuk bubble milk tea adalah Num-num’s.

Pemberian merk sangat penting, karena kebanyakan produk UMKM tidak menggunakannya. Alhasil produk mereka dibeli oleh pihak lain. Kemudian, pihak lain memberi merk sendiri dan menjualnya lebih mahal.

Diharapkan pelatihan ini bisa meningkatkan nilai tambah pada singkong. Akhirnya, olahan singkong dapat menyejahterakan masyarakat kawasan transmigrasi Kampung Batang Hari.

Ibu-ibu PKK Kampung Batang Hari dan mahasiswa UGM usai Pelatihan Pengolahan Pangan Lokal.   Foto : Tim KKN UGM

Afrilia Dwi Kisworini