Ngumpulin Banyak Ilmu di Magang Kompas Muda

0
597

Hello, Mudaers! Tidak terasa 1 hari telah terlewati di kantor Kompas Gramedia sebagai Magangers Kompas Muda Batch IX. Yang pasti di hari kedua ini kita malah semakin bersemangat karena kemarin udah saling mengenal satu sama lain. Buktinya aja, banyak banget magangers yang sudah sampai di kantor pukul 07.00 WIB padahal di jadwal mulai absen pukul 8.30 WIB.

Sesampainya di kantor, seperti biasa kami harus tanda tangan di kertas absen dan sudah disediakan snack pagi. Yeeeey. Pagi ini, kami mengobrol, sambil membahas tentang bumi bulat atau datar. Berat banget ya, saya sendiri hanya menyimak dan enggak mau ikutan karena emang ga ngerti ha-ha-ha.

Setelah bercurcol ria, magangers kedatangan mas Ilham Khoiri yang mengisi materi tentang medsos. Apa   saja sih yang  dibahas? Sesi kali ini membahas bagaimana medsos sudah menjadi bagian dari kehidupan kita. Padahal medsos sendiri bisa aja jadi pedang bermata dua buat kita. Satu sisi bisa membunuh musuh dan di sisi lain juga bisa membunuh diri sendiri. Terkadang, cuma karena medsos kita mengabaikan keadaan di sekitar kita. Contohnya ‘Selfie Membawa Maut’.

Sudah jelas kan, demi medsos karena terlalu fokus buat selfie, jadi deh lupa lingkungan sekitar yang berbahaya. Quotes yang paling saya ingat sih ‘Don’t Be Dumb On The Internet’ . Quotes itu pas banget buat kita yang terkadang sangat cepat menanggapi berita-berita hoaks. So, pastikan dulu berita itu benar sebelum melakukan tindakan.

Sesi berikutnya, magangers kedatangan tamu dari Universitas Binus nih, yaitu mba Mia Angeline yang jadi pembicaranya. Yang dibahas yaitu tentang digital marketing. Apa tuh digital marketing? Yaitu segala jenis marketing dengan menggunakan media digital. Banyak sekali orang yang berfikir kalo digital marketing itu sama kayak online marketing, padahal pada kenyataannya serupa tapi tak sama. Digital marketing sendiri sudah ada sejak Markoni menciptakan radio. Jadi digital marketing ada yang offline atau online. Contohnya nih kalau yang offline tuh kayak billboard yang bergerak. Kalau yang online sudah pasti pakai internet. Konten marketing yang baik biasanya berisi cerita yang berkualitas serta dapat menunjukkan ‘own personality’ dan harus konsisten.

Selanjutnya, ada diskusi kelompok untuk menentukan tema liputan. Saya pribadi masuk kelompok 3 yang bernamakan Gammacalis. Sedikit cerita, jadi gamma yang berasal dari Yunani berarti tiga. Tapi kalau Gammacalis sendiri merupakan kependekan dari Generasi Muda Calon Jurnalis. Keren kan? Ha-ha-ha. Lalu, setelah berdebat panjang tentang tema liputan, akhirnya kami mendapatkan pencerahan dengan mengangkat tema tren kecantikan masa kini. Padahal kelompok ini berisi 4 laki-laki dan 1 perempuan. Saya sebagai perempuan merasa menang karena telah meracuni 4 laki-laki untuk menyetujui tema tersebut.

Setelah diskusi kelompok, ada materi tentang bagaimana menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar oleh mbak Ana yang merupakan salah satu penyelaras bahasa di Harian Kompas. Mbak Ana memaparkan kata-kata yang biasanya disalahartikan. Misalnya perbedaan acuh dan tak acuh. Kebanyakan orang Indonesia masih menganggap bahwa acuh berarti tidak peduli. Padahal sebetulnya, acuh berarti peduli dan tak acuh berarti tak peduli. Kesalahan seperti itupun terjadi pada kata menghiraukan dan tak menghiraukan.

Istirahat sebentar, lalu masuklah mbak Tarrence dari Marketing Communication Harian Kompas  mengenalkan tentang marcomm. Jadi, marcomm merupakan singkatan dari marketing communication. Elemen MarComm berfungsi sebagai dasar dari rencana bisnis di dalam sebuah Perusahaan. MarComm pada hakikatnya memastikan bahwa semua departemen dan personil dalam suatu perusahaan mengkomunikasikan pesan yang sama kepada targeted audience yang sama.

Sudah pukul 18.00 WIB nih, waktunya kita menjelajahi kantor Kompas. Khususnya ke lantai 3 bagian redaksi dan ke lantai 4 bagian PIK. Saat masuk ruang redaksi, saya sangat terkagum-kagum karena ruangannya besar sekali. Lalu, sempat bertanya kepada salah satu wartawan Kompas Harian, kira-kira berapa jumlah total wartawannya. Dan ternyata totalnya ada 150 wartawan. Tapi suasana di ruang redaksi lumayan sepi karena banyak wartawan yang masih liputan ke luar kota. Di sana juga saya bersama anggota kelompok tidak lupa untuk selalu mengabadikan momen. Lanjut ke ruang PIK, di sana saya bersama anggota gammacalis lainnya melihat-lihat gimana sih koran Kompas pertama kali cetak, dan arsip-arsip berita yang dahulu pernah Kompas terbitkan.

Setelah berkeliling Kompas, magangers batch IX pun langsung menuju jalan pulang. Beberapa ada yang naik kendaraan umum, ada juga yang dijemput. Tidak sabar menunggu hari esok untuk kembali lagi ke Kantor Kompas.

Wulan Yuniarti,

Magangers Batch IX, Kelompok Gammacalis

Siswa SMAN 2 Jakarta