Menikmati Takjil Gratis

0
476

Selasa (6/6) sore, Mahasiswa Jurusan Tafsir Hadits, Fakultas Ushuluddin, Institut Perguruan Tinggi Alquran (PTIQ), Ahmad Badrudin, tengah sibuk menyiapkan makanan dan minuman untuk buka puasa bersama di Masjid Raya Jabalurrahman, Tangerang Selatan, Banten.

Lima belas menit sebelum azan berkumandang, ia dan tujuh kawannya menata makanan dan minuman di selasar masjid. Anak kecil, orangtua, laki-laki, dan perempuan berkumpul di masjid untuk buka puasa dan menjalankan salat magrib bersama.

Kegiatan itu dijalankan Badru selama bulan puasa. Ia bersama tujuh temannya berkesempatan menjadi pengurus masjid tersebut. Setiap hari, ia turut membantu menyiapkan takjil untuk berbuka puasa. Ia mengaku senang karena dapat berbuka puasa di masjid itu setiap hari tanpa mengeluarkan uang. Di masjid itu memang menyediakan takjil gratis untuk masyarakat sekitar, tak terkecuali mahasiswa.

Di luar ramadhan, biasanya Badru mengeluarkan lebih dari Rp 200.000 untuk makan sebulan. Dengan buka puasa di masjid, ia dapat menghemat pengeluaran bulanannya. “Alhamdulillah selama bulan ramadhan ini belum mengeluarkan uang untuk makan, paling untuk keperluan yang lain, soalnya sahur juga kita disediakan di sini,” ujar Badru, Selasa (6/6).

Tak hanya dapat menyantap menu buka puasa dengan gratis, Badru juga merasakan kebersamaan yang terjalin selama bulan puasa ketika buka bersama di masjid. Menurut Badru, dengan adanya buka bersama rutin, ia dapat menjalin silaturahmi dengan masyarakat sekitar maupun orang singgah setelah jalan-jalan di daerah Situ Gintung, karena memang masjid ini terletak tak jauh dari Situ Gintung.

Berbeda dengan Badru yang setiap hari menyantap takjil di masjid, salah satu mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Adelia Sance baru sekali mencicipi takjil gratis yang tersedia di Mushola Al-Ikhlas sekitar kampus UMJ. Adel baru pulang dari salah satu ATM saat buka puasa tiba, akhirnya ia memutuskan untuk singgah di halaman mushola itu.

Melihat adanya makanan dan minuman yang tersedia di mushola itu, Adel bersama seorang temannya tak segan mengambil air minum kemasan botol, teh manis, beberapa aneka gorengan, bolu, dan kurma. Dengan tersedianya takjil gratis, menurut Adel sangat membantu orang-orang yang ada di tengah jalan saat waktu buka puasa tiba. “Membantu banget sih, kita yang ada di tengah jalan pas azan magrib bisa membatalkan puasa di mushola ini,” kata Adel ketika ditemui di halaman Mushola Al-ikhlas, UMJ.

Sebelumnya, Adel tak tahu jika di mushola dekat kosannya menyediakan takjil gratis untuk orang yang hendak membatalkan puasa. Ia merasa beruntung karena mendapatkan makan dan minuman gratis saat perjalanan pulang. Biasanya ia mengeluarkan Rp 30.000 untuk membeli makan dan minum saat buka puasa.

Sediakan Bubur Kanji

Saat bulan puasa tiba, banyak tempat-tempat yang menyediakan takjil gratis untuk berbuka puasa, pun di Masjid Raya Jabalurrahman. Di masjid ini menyediakan berbagai minuman manis seperti kolak, es kelapa muda, gorengan, lontong, dan makanan khas dari Aceh yaitu bubur kanji.

Menurut Badru, yang membedakan masjid ini dengan yang lain adalah tersedianya bubur kanji. Setiap hari di masjid yang ia tinggali ini memang menyediakan bubur kanji. “Banyak orang baru yang singgah pas buka puasa, mereka nyoba bubur kanji, esok harinya ada yang balik lagi, katanya enak bubur kanji ini, jadi pada balik lagi,” tutur Badru.

Ketua Dewan Kemakmuran Masjid Raya Jabalurrahman, Muhammad Iskandar membenarkan setiap harinya di masjid ini menyediakan takjil untuk masyarakat sekitar, maupun orang sekadar singgah di masjid itu. Dalam seharinya, kata Iskandar, tersedia takjil untuk sekitar 100 orang.

Seusai melaksanakan salat magrib, lanjut Iskandar, ada makanan berat yang tersedia sebanyak 70-80 porsi. Agar tidak bosan dengan menu takjil, ia menyiasati untuk menyediakan menu yang berbeda. “Menu takjil yang tersedia juga berbeda-beda, enggak setiap hari sama. Yang selalu ada setiap hari bubur kanji,” pungkasnya.

Ika Puspitasari, Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Adab dan Humaniora, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Saat ini, sedang magang di Desk Muda Kompas.