Jalan-jalan Gratis Keliling Korea

0
1487
Buryeong-Mud Festival (Festival Mandi Lumpur di Korea) bersama teman-teman Wow Korea Supporters

Tak dipungkiri salah satu alasan belajar di luar negeri adalah bisa jalan-jalan atau mengeksplore negara yang akan saya tinggali dan sekitarnya. Nah, terkadang keinginan dan budget tidak seimbang. Di saat itulah saya mencari celah untuk mendapatkan sesuatu yang gratis yang diberikan untuk pelajar asing di KOREA.

Dengan keaktifan saya di media sosial dan punya banyak teman dari berbagai negara dengan background kerjaan yang berbeda saya akhirnya saya mendapatkan banyak info untuk jalan-jalan gratis di Korea!

Saya akan bercerita tentang beberapa organisasi yang saya ikuti dimana saya benar-benar menikmati apa yang disebut full time traveler, part time student.

1.  K- Performance Supporters

Saya mendaftar program ini sebelum saya menginjakkan kaki di Korea, setelah di Korea saya bisa bergabung dengan mereka. Program ini bertujuan untuk memperkenalkan berbagai kegiatan yang sifatnya seni panggung bukan K-Pop ataupun K-Drama yang sudah cukup terkenal di berbagai belahan dunia. Saya dan teman-teman diberikan kesempatan untuk menonton pertunjukan lalu mereview dan menulisnya di Facebook atau blog. Sehingga para followers kami bisa mengetahui pertunjukkan yang kita tonton dan mungkin mereka akan tertarik menontonnya saat mereka berkunjung ke Korea.

Tiket pertunjukan di korea tidaklah murah, sekitar 50.000 won atau sekitar Rp 600.000 dan itu hanya kelas regular. Bagi kami, itu hal yang sangat menguntungkan karena hanya duduk, buat dokumentasi foto dan menulis dan kita bisa nonton gratis tanpa mengeluarkan uang.

Program ini saya ikuti sekitar 1 tahun.  Tidak terlalu rutin karena terkadang jadwal tidak sesuai dengan aktivitas kampus. Tapi saya cukup bersyukur menonton beberapa pertunjukkan secara gratis.

Pada akhir tahun kami diajak ke salah satu resort di Korea untuk bermain SKI gratis dan akomodasi hotel tiap kamar per-orang.  Rasanya bahagia sekali!

Pertama kalinya main Ski

2. Templestay Supporters

Program ini bertujuan untuk memperkenalkan Buddhist Culture kepada para wisatawan asing dan penduduk asing di Korea. Tapi jangan salah ya, di sini, semua hal bersifat netral, tidak menarik kamu menjadi penganut budha. Mereka memperkenalkan  agama Budha sebagai salah satu bagian penting dari sejarah Korea.

Di sini, kami ami para supporters tinggal di temple dan belajar tentang Buddhist Culture. Kami menjadi vegetarian selama 3 hari,  membantu biksu membersihkan kuil, mendaki di pagi hari dan membuat bunga lotus.

Setelah program selesai, kami dibagi dalam kelompok kecil untuk menjadi relawan di berbagai penjuru Kuil di Korea selama 2-3 hari untuk membantu aktivitas di Kuil tersebut. Semuanya ditanggung pihak penyelenggara dan tempatnya jauh dari hiruk pikuk kota. Kami bisa sangat relaks dan merasa damai karena mengunjungi area yang sunyi plus dekat gunung sehingga di pagi hari kami bisa mendaki gunung bersama.

Kami ditugaskan ke Dogapsa Temple untuk membantu kegiatan disana

3. Yeongam Wangin Supporters

Sama seperti kegiatan lainnya kami diharapkan membantu promosi wisata di Kota Yeongam.

Di Seoul tim marketing Kota Yeongam mengadakan parade kecil, kami diwajibkan datang untuk melihat dan  mempost kegiatan parade di social media, setelah selesai diberi bingkisan khas kota yeongam. 1 bulan kemudian kami pergi ke Kota Yeongam untuk melihat Parade aslinya dan menikmati Cherry Blossom Festival di Kota Yeongam yang belum cukup terkenal di kalangan turis.

Kota Yeongam berjarak kurang lebih 4 jam dari Seoul, di sana juga terdapat bekas Sirkuit F1. Program ini saya ikuti 2 kali, diundang lagi untuk mengikuti kegiatan di tahun 2017 tetapi saya tidak bisa karena sudah kembali ke Indonesia.

4. WOW  Korea Supporters ( WKS )

Saya mengikuti program ini selama 2 periode (2015 dan 2016), mengetahui program ini sebelum sampai di Korea. Saya sampai mengenal manager program ini di Facebook, jauh sebelum saya di Korea. Sesampainya di Korea, saya mendaftar langsung untuk program tahun 2016.

Melalui WKS saya bisa mengunjungi tempat wisata anti-mainstream dan mempunyai teman baru dari ASEAN dan Timur Tengah. Setiap bulan kami mengunjungi berbagai daerah wisata yang belum cukup terkenal selama 3hari 2malam , selama perjalanan berlangsung manager memberikan  misi yang harus kita kerjakan terkait promosi wisata area tersebut. Rasa kekeluargaan benar-benar terasa karena kita menginap dan beraktivitas penuh selama 3 hari.

Tempat terjauh di Korea selain Jeju, yang saya kunjungi adalah Somaemul-do Island. Tempat yangs angat indah, sekitar enam jam dari Seoul dan harus naik ferry.  Cukup mahal kalau kita ke sana sendiri.

Untuk akomodasi dan lainnya, jangan ditanya, panitia sangat baik hati dan memberikan kita full service, tempat yang nyaman untuk menginap dan makanan yang enak-enak. Terlebih untuk Muslim, panitia akan bertanya dan memberi tahu resto yang akan dikunjungi dan kita bisa memilih makanan yang non-pork atau vegan atau halal jika tersedia, dan sampai dapat mengunjungi tempat yang berbeda dengan teman lain jika tidak ada makanan yang sesuai. Mereka sangat memperhatikan itu. Enak kan?!

Semua kegiatan yang saya ikuti diatas didukung Kementerian Pariwisata dan  Kebudayaan Korea, di mana mereka ingin memperkenalkan wisata-wisata korea melalui pelajar asing dan penduduk asing yang tinggal di Korea. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi para pelajar khususnya karena gratis dan kita banyak belajar bagaimana suatu Negara mempromosikan wisatanya. Ini membuat saya salut kepada KOREA!! terima kasih karena mereka membolehkan saya mengeksplore berbagai macam aktivitas dan tempat-tempat wisata selama 2,5 tahun saya tinggal di Korea.  karena semua ini banyak teman-teman saya di Indonesia yang melihat saya selalu jalan-jalan karena tidak pernah mem-posting kegiatan perkuliahan saya di social media, saya hanya dapat menjawab “PART-TIME STUDENT , FULL-TIME TRAVELER”

Nah, buat yang ingin melanjutkan pendidikannya di Korea atau negara lainnya, kalian harus banyak cari info tentang aktivitas semacam ini karena jika beruntung jalan-jalan gratis bukanlah mimpi.

Penulis: Febrianty Putry, Graduate School of International Studies, Sogang University, Korea