Semesta Star Wars kembali ke layar lebar. Mengambil masa setelah episode ketiga ”Revenge of the Sith” dan sebelum episode keempat ”A New Hope”, film Rogue One: ”A Star Wars Story” menciptakan dunianya sendiri. Petualangan menjelajahi galaksi nun jauh menjadi lebih berwarna.

George Lucas merilis film pertama dari kisah Star Wars, A New Hope, pada tahun 1977. Idenya lahir dari keinginan untuk menciptakan dongeng yang menghibur di masa modern. Hingga tujuh kisah lahir—dan rasanya masih kurang—Star Wars telah mencuri hati banyak orang.

Setelah episode ketujuh, The Force Awaken (2015), muncul Rogue One yang dilabeli sebagai spin off atau bagian kecil yang tidak terkait dengan linimasa kisah dari Star Wars. Kisahnya berdiri sendiri meskipun rasa dan nuansa Star Wars tetap ada.

Rogue One, disutradarai Gareth Edwards dan direncanakan sebagai film pertama dari seri Star Wars Anthology. Dua seri lainnya direncanakan terkait dengan tokoh Han Solo dan Boba Fett. Sebagai film yang berdiri sendiri, produser Kathleen Kennedy menegaskan, kisah Rogue One berada dalam semesta Star Wars, tetapi karakter para tokohnya tidak keluar masuk dalam episode utama.

Rogue One mengisahkan tentang Jyn Erso (Felicity Jones), putri Galen Erso (Mads Mikkelsen) yang dipaksa oleh Empire untuk menyelesaikan proyek senjata pemusnah, Death Star. Jyn terpaksa hidup di persembunyian.

Lima belas tahun kemudian, Jyn terlihat di penjara Empire dan tiba-tiba dibebaskan oleh pasukan pemberontak, Rebel Alliance. Jyn dibebaskan dengan tujuan melacak keberadaan ayahnya, lalu membunuhnya demi menggagalkan proyek Death Star.

Rogue OneWalt Disney Pictures

Setelah mendapatkan pesan sang ayah lewat hologram tentang kelemahan Death Star, Jyn mengusulkan untuk mencuri skemanya, tetapi rencana itu tidak disetujui Rebel Alliance. Dia bersama perwira intelijen Rebel, Cassian Andor (Diego Luna) dan robot K-2SO (suaranya diisi Alan Tudyk), melangkah sendiri. Bersama sekelompok orang yang mendukungnya, yakni Chirrut Îmwe, ksatria buta yang percaya pada The Force; Baze Malbus (Jiang Wen), anggota pemberontak; dan Bodhi Rook (Riz Ahmed), pilot pembelot yang menyampaikan pesan rahasia ayah Jyn, mereka beraksi sendiri.

Pertempuran tak terelakkan. Jyn dan Andor harus berhadapan dengan Orson Krennic (Ben Mendelsohn), direktur pengembangan senjata Empire.

Kemunculan beberapa tokoh dalam epik Star Wars, seperti Darth Vader (suaranya diisi oleh James Earl Jones, yang juga mengisi suara Darth Vader pada Trilogi Star Wars), Bail Organa (Jimmy Smits), C-3PO, dan R2D2, membawa cita rasa Star Wars pada Rogue One. Begitu pula pertempuran armada udara dan pertempuran darat melawan Stormtroopers memperkuat nuansa itu.

Efek visual Rogue One tak perlu dipertanyakan lagi. Planet-planet dengan karakteristiknya masing-masing tergambarkan dengan indah. Jedha, planet kenangan terakhir atas Jedi, mirip dengan Petra di Jordania. Sementara Scarif, pusat data tempat skema Death Star disimpan, terasa mirip Dubai, dengan pantai dan pemandangan tropisnya, serta menara tinggi di tengah-tengahnya. Adegan pertempuran jelas menjadi salah satu keunggulan film ini.

Karakter Chirrut Îmwe menjadi pencuri perhatian. Yen, dengan keterampilannya, menyajikan kecantikan bela diri ala kungfu yang berbeda dengan tokoh lainnya.

Rogue OneWalt Disney Pictures

Ekspresi menyenangkan

Star Wars merebut hati penggemarnya selama puluhan tahun. Bahkan, seiring waktu, jumlahnya kian banyak dan berasal dari beragam umur. Star Wars tak lagi sekadar film fiksi-sains, tetapi menjelma gaya hidup.

Managing Director The Walt Disney Company South East Asia Rob Gilby, dalam wawancara melalui telepon, mengatakan, sejauh ini penerimaan penonton sangat menyenangkan. ”Sungguh menyenangkan melihat ekspresi penonton saat keluar dari gedung bioskop. Ceritanya bagus, karakternya pun kuat. Sekalipun Anda bukan penggemar Star Wars, Anda akan tetap bisa menyukainya,” kata Gilby.

Menonton Rogue One, lanjut dia, tidak perlu memahami kisah-kisah Star Wars yang sudah muncul atau karakter di sekitar tokoh Skywalker. Penonton diperkenalkan dengan tokoh-tokoh yang sama sekali baru dan jalan cerita yang universal sehingga bisa dipahami siapa pun.

Ada perjalanan emosional sekelompok orang yang bersama-sama mencapai suatu tujuan. ”Kita tidak perlu terganggu atau bingung dengan hal-hal lain dalam semesta Star Wars. Tinggal menontonnya saja dan pasti Anda akan menikmatinya,” kata Gilby.

Lucasfilm menggandeng The Walt Disney Company tahun 2012 untuk membuka skala Star Wars yang lebih besar melalui aneka program, mulai dari film yang berdiri sendiri, acara serial di televisi, atau pengalaman interaktif di wahana Disney. Khusus di Indonesia, Walt Disney menggelar promosi dengan menggandeng partner lokal, misalnya meluncurkan koleksi baju dan sepatu bertema Star Wars, mempromosikan medali Star Wars lewat jaringan minimarket, menggelar pameran instalasi Star Wars di pusat perbelanjaan, juga aktivitas kelompok-kelompok penggemar Star Wars.

”Setiap orang berpotensi menjadi penggemar Star Wars. Kami perlu mendekatkan Star Wars dengan para penggemar ataupun yang bukan penggemarnya. Berbagai kegiatan itu dilakukan untuk memperkenalkan karakter cerita dan membuat orang-orang berminat terhadap filmnya,” tutur Gilby.

Dia mengatakan, penggemar Star Wars di Indonesia sangat banyak dan bakal bertambah banyak. Bahkan, dalam The Force Awakens, beberapa aktor Indonesia turut berperan. Terlebih di tahun-tahun mendatang, telah siap kelanjutan episode Star Wars yang pasti dinantikan penggemarnya.

May the Force be with you….

FRANSISCA ROMANA NINIK


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Desember 2016, di halaman 23 dengan judul “Seni Menafsir Alam yang Berubah”