magang kelompok 1 NAURIEZKHA.A

Album Fisik Masih Asyik

Mulai edisi ini dan tujuh edisi berikutnya, Muda menurunkan tulisan hasil liputan para Magangers Batch VIII. Tulisan, foto, dan desain asli yang dibuat para magangers sengaja kami tampilkan sebagai ilustrasi (sebelah kanan). Adapun tulisan yang dimuat di Muda, telah diedit seperlunya oleh tim Muda Kompas.

34E42E45-B9AF-37FC-082A2207EC10678E

Musik digital kini jadi sedang naik daun, sedangkan album fisik mulai terlupakan. Berbagai pertanyaan, seperti ”Siapa sih yang masih mau beli CD?” mulai diutarakan. Jawabannya? Banyak.

Album musik fisik atau anak muda sekarang menyebutnya rilisan musik fisik, bisa berupa kaset, cakram padat (compact disc/CD), atau piringan hitam (vinyl). Album fisik masih bisa kita nikmati di mana saja meski kemajuan teknologi informasi yang semakin pesat memungkinkan kita untuk mendengarkan musik melalui jaringan internet, seperti iTunes ataupun Joox.

Yuk kita lihat tempat-tempat asyik di Jakarta di mana kita masih bisa menemukan setumpuk rilisan fisik.

Satu minggu setelah Lebaran, pada akhir pekan, lorong deretan toko CD di Blok M Square tak terlalu ramai pengunjung. Kami bisa leluasa berjalan sambil melihat-lihat sekeliling pertokoan. Ada salah satu toko yang menarik perhatian kami. Kedai Musik namanya.

Toko itu berada di lantai dasar mal itu, menempati kavling yang berukuran 2 x 2 meter. Kita bisa menemukan CD, kaset, ataupun vinyl di sana. ”Kami juga punya CD atau kaset limited edition,” kata Andrianto (29), pemilik toko, seraya menunjukkan beberapa koleksi CD yang ia punya, seperti album milik Sisitipsi dengan judul 73%.

Kedai musik adalah satu dari sejumlah toko kaset, CD, dan vinyl yang masih bertahan. Yang lain sudah tutup atau gulung tikar. ”Mereka (toko) yang tutup hanyalah mereka yang enggak percaya diri,” kata Andrianto.

Selain Andrianto, Ridwan Jadul (40) juga mempertahankan tokonya yang diberi nama toko D’jadul. Ridwan menjelaskan, dirinya bertahan dan terus memasarkan hasil karya musisi baik yang independent maupun major label, nasional maupun mancanegara, karena peminatnya masih banyak.

Dalam satu hari, Ridwan bisa menjual 10 sampai 15 keping CD, dan jumlah itu bertambah saat hari libur. Pengunjung yang sebagian besar pemburu koleksi CD atau piringan hitam keluaran lama rela merogoh kocek lebih dalam. Kisaran harga CD dan piringan hitam antara Rp 50.000 sampai jutaan rupiah. Apalagi, CD atau kaset-kaset lama.

Sigit Prabowo (23), salah seorang penggemar rilisan fisik, hari itu datang untuk membeli albumVirus (2001) yang dikeluarkan band ternama Ibu Kota, Slank. Ia rela merogoh kocek hingga Rp 400.000 dalam sebulan untuk membeli rilisan-rilisan fisik band-band idolanya.

Feel-nya tuh beda kalau mendengarkan langsung dari CD, serius deh,” ujarnya meyakinkan.

Walau musik digital naik daun, rilisan fisik tetap tidak dilupakan. Rilisan fisik selalu punya tempat spesial di hati para pembelinya.

Ridwan mengatakan, orang-orang yang datang ke tokonya adalah penggemar musik yang kurang terpuaskan oleh rilisan digital. Sebagian lagi merupakan kolektor CD, kaset, ataupunvinyl.

Untuk memenuhi permintaan pasar, Ridwan mencari rilisan fisik langsung dari label musik. Sebagian ia dapat dari musisi indie yang menitipkan hasil karya mereka di toko.

Laris manis

Kami beranjak ke lokasi yang lain, Senayan City, Jakarta Pusat. Di sana ada salah satu toko CD bernama Sangaji Music. Ini juga salah satu toko yang masih menyediakan rilisan fisik.

”Kami tetap laku,” begitulah jawaban singkat penuh nada yakin Regina (32), salah satu karyawan toko saat kami menanyakan pendapatnya perihal serbuan musik dalam bentuk digital.

”Memang sedikit ada penurunan sih, tapi seperti yang saya bilang tadi, (dagangan) kami tetap laku,” katanya sambil tersenyum kecil.

Walau terhitung kecil dan ”mungil” dibandingkan dengan dua toko lain yang mengapitnya, toko ini tetap mencolok. Tulisan toko berwarna putih dengan latar belakang merah menyala. Kaca transparan membuat rak-rak berisi deretan CD yang tersusun rapi, tampak jelas dari luar.

Selain para kolektor, ujar Regina, tetap ada juga para pengunjung yang hanya datang karena mencari album-album tertentu. Di luar itu, ada pengunjung yang kerap datang lagi dan lagi karena merasa puas oleh koleksi CD yang disediakan Sangaji Music.

”Nah, kenapa harus tutup, kan?” Regina tertawa.

Jadi, buat kalian semua, jangan khawatir akan kesulitan mencari koleksi album fisik band-band favoritmu. Jelajahi sudut-sudut kota Jakarta, pasti kalian akan menemukan rilisan fisik yang asyik.

NAURIEZKHA.A (SMAN 28 JAKARTA)/FOTOGRAFER FALIH FRIYAN AQIL (SMAN 2 TANGERANG)/REPORTER AUFA FERRARINO.F (SMK SUMBANGSIH)/GRAFIS ANDHINA LATHIFAH ( DARUL HIKAM INT.SCHOOLBANDUNG)/REPORTER CLAUDIA NOVANDREA DPH (SMA PANGUDI LUHUR II SERVASIUS)/REPORTER Arsip Magangers kelompok 1
NAURIEZKHA.A (SMAN 28 JAKARTA)/FOTOGRAFER
FALIH FRIYAN AQIL (SMAN 2 TANGERANG)/REPORTER
AUFA FERRARINO.F (SMK SUMBANGSIH)/GRAFIS
ANDHINA LATHIFAH ( DARUL HIKAM INT.SCHOOLBANDUNG)/REPORTER
CLAUDIA NOVANDREA DPH (SMA PANGUDI LUHUR II SERVASIUS)/REPORTER
Arsip Magangers kelompok 1

KATA MEREKA

Anas Sulistyo Arsip Pribadi
Anas Sulistyo, siswa SMAN 7 Kota Tangerang

Aku pasti pilih rilisan fisik dong. Kalau habis beli rilisan fisik itu ada rasa bangga. Apalagi, pas buka ”plastic wrap”-nya. Dan juga kalo rilisan fisik bisa terus kita pegang-pegang ha-ha-ha….

Siti Nurjanah Arsip Pribadi
Siti Nurjanah, siswa SMAN 2 Kota Tangerang

 

Kalau aku memilih rilisan digital. Mau ngedengerin di mana aja gampang. Enggak ribet dan lebih fleksibel karena kita bisa ngedengerin kapan pun kita mau.


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 Juli 2016, di halaman 25 dengan judul “Album Fisik Masih Asyik”.