Lembaga Sensor Film: Menguntungkan atau Merugikan?

50
5521

Baru-baru ini publik sedang membahas masalah sensor yang dilakukan oleh Lembaga Sensor Film (LSF). Lembaga ini memiliki tugas untuk mengontrol apa yang akan dikonsumsi publik memalui media hiburan. Namun dalam menjalankan tugasnya LSF menimbulkan pro dan kontra terkait hasil penyensoran yang dianggap masyarakat terlalu berlebihan. Pro dan kontra ini mengakibatkan adanya opini publik yang menyarankan tentang pembubaran LSF yang hasil kerjanya dinilai kurang memuaskan bagi beberapa pihak.

Menghapus Lembaga Sensor Film berarti menghilangkan kekuatan negara lagi dalam mengantisipasi film-film perusak moral masyarakat. Apalagi, ada banyak film demikian yang menyasar anak-anak muda. Dengan demikian penghapusan LSF dapat berdampak bagi rusaknya moral masyarakat Indonesia terutama bagi perkembangan akhlak kaum muda. Akibatnya, kepribadian bangsa yang tampak di mata dunia menjadi negatif.

Namun bagi beberapa pihak, penghapusan LSF dapat memberikan manfaat terutama bagi perfilman Indonesia. Para pembuat film menilai bahwa penyensoran yang dilakukan LSF berlebihan dan membatasi mereka dalam mengekspresikan ide mereka dalam film.  Konten Film seharusnya diklasifikasi berdasarkan usia oleh lembaga klasifikasi usia atau rating dan konsumen seharusnya lebih dewasa dalam memilah-milah mana tayangan yang layak dikonsumsi mana yang tidak, bukannya memotong adegan-adegan film yang penting sehingga pesan dari film tidak dapat disampaikan dengan baik.

Bagai gading yang tak retak memang LSF tidak sempurna. Banyak kesalahan dalam penyensoran namun banyak juga manfaat dari sensor-sensor yang telah mereka buat. Sebaiknya kontrol tentang perfilman tidak hanya merupakan tanggung jawab LSF dan lembaga rating saja, tetapi semua pihak terkait, mulai dari Pembuat film juga harus bertanggung jawab atas filmnya, bioskop harus memperketat, termasuk orangtua yang harus tetap mengawasi tontonan anak.