Seni dalam Hidup dan Kepemimpinan ala Handry Satriago

0
2478

Pada Kamis, 8 Oktober 2015 yang lalu, di Kinokuniya Plaza Senayan telah dilaksanakan sesi audiensi bersama Dr. Handry Satriagio (CEO General Electric) yang diselenggarakan berkat kerja sama dengan Gramedia Pustaka Utama dan PT Alternative Media Group (AMG). Audiensi ini sekaligus menandai peluncuran buku terbarunya secara resmi yang berjudul #Sharing2. Buku #Sharing2 ini melanjutkan sukses buku pertamanya yang berjudul #sharing di mana dalam buku ini @HandryGE kembali menampilkan kisah, pemikiran, ide, dan dorongan semangat yang inspiratif. Walaupun konteksnya lebih banyak organisasi, menilik lebih dalam, menurut saya cukup aplikatif dan relatable dalam kehidupan sehari-hari.

“Banyak surprise buat saya, dengan terbitnya kedua buku #sharing ini. Buku pertama ternyata mampu mencapai national best seller dalam waktu cukup singkat. Tentunya itu satu hal yang saya syukuri. Akan tetapi, bahwa kemudian saya melihat anak-anak muda menenteng buku tersebut di kampus, lalu ada yang membawanya sebagai bacaan di kereta atau bis umum, dan buku tersebut dijadikan bahan kuliah serta bahan tugas kuliah, that’s beyond imagination!”, ujar Handry Satriago.

Dalam buku kedua ini, @HandryGE melanjutkan pembahasan seputar isu-isu tentang kejadian dalam hidup seperti menjaga asa, menghadapi ujian, mengatasi kegagalan sampai habbit membaca. Basically it’s about living ones’ life. Serta pengalaman serta pembelajarannya dalam memimpin organisasi (leading) seperti kepemimpinan, inovasi, imajinasi hingga pengambilan keputusan, yang kemudian dirangkaikan dengan berbagai pemikirannya. Saya akan menceritakan dua bagian dalam buku ini yang “nendang” banget buat saya sekaligus yang mewakili isu tersebut.

Dr.Mulder dan Creative Destruction

Hold up. Ini bukan pemeran Dr. Mulder dalam film The X-Files loh ya! 😀 tapi merupakan salah satu chapter yang saya sukai dalam buku ini. Dr. Mulder adalah salah satu tokoh inspiratif yang diceritakan oleh @HandryGE. Alih-alih mendapat pencerahan mengenai kondisi fisiknya pada waktu itu, Dr. Mulder justru mengatakan kepadanya “you will never walk again, Handry!”. Dorrr!

Terus gimana? Putus asa? Jelas enggak! @HandryGE awalnya jelas merasa cukup kesal. Namun, Dr. Mulder lantas menjelaskan tentang bagaimana manusia belajar bertahan, melanjutkan dan menikmati hidupnya. Ternyata, yang dilakukan Dr. Mulder saat itu adalah yang dinamakan Creative Destruction (link wikipedia). Istilah ini dalam menajemen dikenal sebagai revolusi perubahan yang pertama kali dikemukakan oleh ekonom Austria-Amerika, Joseph Schumpeter tahun 1942. Bahwa untuk berubah, pola pikir atau proses atau produk lama harus digantikan oleh yang baru dengan dihancurkan terlebih dahulu. Proses creative destruction ini emang tidak enak dan tidak jarang penuh kesengsaraan pada awalnya. Agar sukses, proses ini memerlukan kontinuitas perubahan, perlu ada success story yang disertai endless trial. Menurut saya, ini lebih mengajarkan kita about keeping the faith alive..

Dr. Mulder mengubah cara berpikir @HandryGE yang tadinya menyalahkan dan menunggu (blaming and waiting) menjadi menerima dan memantul bangkit kembali (accepting and bouncing back). Selain menyemangati orang, Dr. Mulder juga membantu orang menggapai kesuksesannya. Which is exactly what a leader suppose to do.. and well, I couldn’t agree more..

Satu kalimat yang buat saya sangat relevan dalam kehidupan sehari-hari dari Dr. Mulder ini adalah “Blaming makes you weak”. Why? Because it is very easy, right? Menyalahkan orang lain atas kondisi yang menimpa kita, adalah hal yang paling mudah. Tapi, juga sekaligus paling salah, karena for the most obvious reason, complaining will not get you anywhere near the solution.

Suasana Book Launch #sharing2
Suasana Book Launch #sharing2

Rendah Hati

Banyak petikan dalam buku ini yang dapat diambil terkait dengan kepemimpinan. One of The part that I like the most adalah mengenai belajar rendah hati (humble), karena ini termasuk aspek yang continuous learning.. Bagi saya, being smart and knowledgable itu relatif. You can learn from Google, from people you met and all the books in the world. Tapi, kalo udah urusannya hati nih.. ilmunya hanya bisa didapatkan paling murni (baca: dasar) dari ajaran keluarga. Segala urusan menyangkut hati, pasti berujung pada integritas pribadi. Bukan galau loh yah.. 😀

Dalam praktik organisasi, tentu beda rasanya saat masih menjadi staf dengan menduduki posisi struktural. It’s a two very different world. Being humble when you have become a leader is truly one of the art that should be mastered endlessly. The tempation of impressing people will be more obvious because you have the power to overule or approve certain decision. But then the question remain.. do you work to impress or express?

Pelajaran dari chapter ini menurut @HandryGE, sifat rendah hati merupakan value penting yang harus dimiliki seorang pemimpin. Lack of humbleness will directly effect listening skill, hence it will influence the success of being a leader and self-development process.

Otoritas (baca: power) memang bertendensi membuat individu menjadi lebih arogan. Make sense for me, karena tidak semua orang punya kan? It’s scarce and needs to be earn – gracefuly if I might add. Oleh karenanya, dalam pengalaman saya, leader with good heart and humbleness with their authority will strive for their team to be successful together.

Handry juga mengemukakan bahwa being a leader juga artinya harus waspada sama bad followers. Followers yang selalu memuji, setuju, dan tak pernah memberi masukan atau opsi-opsi alternatif. Oleh karena itu, ia menyebutkan bahwa ia pun selalu meminta pendapat berbeda dalam setiap diskusi dengan tim. Makin berbeda dengan dirinya (tentu disertai argumen yang jelas), justru semakin menarik perhatiannya. Menurutnya banyak orang yang takut untuk humble karena khawatir dianggap pencitraan dan tidak berwibawa, akan tetapi menurut Handry, “leadership is about being humble. The way we work and achieve goals”. Well can’t argue with that sir..

Lalu bedanya apa pencitraan dan kerendahhatian sejati? Niatnya! Esensi dari rendah hati adalah mencoba untuk memperlakukan orang lain sederajat. Selain itu, rendah hati juga berarti menerima kekalahan dan mengakui kesalahan. Berani mengatakan “I will learn and will try again”. Pemimpin yang humble tidak menyalahkan orang lain atau kondisi ketika salah atau kalah.

Oh iya, selama ini saya berpikir berkarya itu sudah cukup bagi seorang karyawan. Itulah kenapa terdapat kata Karya dalam karyawan. Namun, ternyata dalam buku ini juga saya pelajari bahwa, pemimpin yang sejati adalah mereka yang mampu melahirkan pemimpin lainnya. Jadi emang, tugas pengembangan orang lain tidak akan pernah selesai selama kamu jadi pemimpin. Never feel threaten by the success of your subordinate. Karena merekalah, kamu bisa belajar jadi pribadi yang lebih baik juga ke depannya. Paling penting adalah, mengajarkan mereka kesuksesan dengan senantiasa tetap bersikap rendah hati.

Well, masih banyak banget pelajaran soal hidup dan kepemimpinan yang dapat kamu petik dari buku ini. Soal imajinasi, berani mengambil resiko, hingga mendobrak keterbatasan yang seringkali terjadi karena diri kita sendiri. Mungkin suatu hari nanti ada satu topik yang akan saya bahas secara lebih mendalam.

Apabila kamu aktif dalam berorganisasi di sekolah ataupun di kampus, apalagi sudah bekerja, buku #sharing2 boleh masuk dalam koleksi seri kepemimpinan. Selain cukup light, enak dibaca dan juga straight to the point. Selamat membaca! Semoga terinspirasi yah temans!