Persahabatan melahirkan usaha kreatif. Begitulah Debby Philishia (23) dan Dhea Elita Larasati (25) membuka usaha kerajinan dan dekorasi bernama Ruang Rusa. Sebuah ruang usaha yang diinspirasi oleh kerajinan ”puzzle” kepala rusa.

Usaha Ruang Rusa bermula dari keinginan Debby dan Dhea membuat produk deerhead puzzle, hiasan dinding berupa kepala rusa yang disusun dari kepingan-kepingan kayu. ”Mengapa kami memilih deerhead puzzle, karena menurut kami produk ini lucu dan sepertinya belum ada di Indonesia,” tutur Debby, di ajang Market & Museum di Kemang Village Mall, Jakarta Selatan. Dari deerhead puzzle pula muncul nama merek usaha Ruang Rusa dan konsep rusa sebagai simbol. Kata ruang merupakan pencapaian dari suasana interior yang ingin mereka bangun, yaitu ruangan yang hangat serta nyaman dan tentu saja elegan.

Ruang Rusa bergerak di bidang kerajinan rumah tangga (home craft) dan dekorasi. Latar belakang Debby dan Dhea memang di bidang teknik dan desain serta sama-sama tertarik pada desain produk, kerajinan, dan dekorasi rumah. Di sisi lain, keduanya juga melihat adanya peluang bisnis di bidang tersebut.

Untuk saat ini, Ruang Rusa memproduksi selimut rajut, bantal rajut, deerhead puzzle berbahan kayu dan akrilik, dan bantal lantai yang terbuat dari anyaman eceng gondok. Harga berkisar dari Rp 180.000 hingga hampir Rp 500.000. Mereka pada awalnya ragu karena konsep dan tema yang ditawarkan berbeda dari tren pada umumnya. Namun, kemudian mereka mengumpulkan kepercayaan dari konsumen. ”Hal itu terlihat dari respons yang sangat baik dari konsumen serta adanya tawaran kerja sama dari banyak pihak,” kata Dhea.

Produk rajut dengan warna-warna hangat, seperti coklat dan abu-abu, serta deerhead puzzle, hingga kini masih menjadi produk terlaris. Untuk produk rajutan tersebut, Ruang Rusa bekerja sama dengan UKM rajutan yang ada di Bandung. Untuk produk bantal lantai mereka bekerja sama dengan UKM eceng gondok.

Bekerja berdua

Sejak menjalankan usaha, keduanya benar-benar bekerja hanya berdua, dari mengolah ide, konsep, desain, melakukan branding, mengurus pengemasan (packaging), hingga terlibat dalam proses produksi. ”Semua kami lakukan dengan keterampilan kami sendiri,” kata Debby.

Dhea banyak belajar dari teman dan keluarga yang selalu memberikan saran dan masukan, sementara Debby belajar dari orangtuanya yang merupakan wirausahawan. ”Ayah saya mengajari banyak hal tentang bisnis serta hal-hal teknis dan pola pikir dalam penyelesaian masalah,” ujar Debby. Untuk produk seperti deerhead puzzle, Debby dan Dhea memilih mengerjakan sendiri dari awal. Dimulai dengan pemilihan bahan yang efisien. Mereka juga membuat prototipe berikut uji coba produk.

Dhea (kiri) dan Debby dengan produk-produk Ruang Rusa.
Dhea (kiri) dan Debby dengan produk-produk Ruang Rusa.

Proses pembuatan dimulai dari pencarian alternatif bahan berupa kayu atau akrilik, pelapisan bahan tacosheet ke lapisan kayu untuk deerhead puzzle berbahan kayu. Lalu pemotongan bahan menggunakan mesin, pengecatan, pembersihan bahan, sampai pengemasan. ”Kami melakukannya semua sendiri, kecuali dalam pemotongan bahan karena menggunakan mesin,” ujar Dhea.

Untuk produk-produk yang melibatkan UKM, prosesnya tidak selalu diawali dengan mencari perajin yang bisa merealisasikan desain mereka. Terkadang prosesnya didahului dengan menemukan potensi UKM yang memberi inspirasi pada desain produk. Mereka berdiskusi dengan perajin tentang desain yang mereka buat, juga tentang pemilihan bahan, kombinasi warna, bentuk, dan motif. ”Namun, proses pengerjaan sampel dan produksi kami serahkan seluruhnya kepada UKM,” kata Debby. Tidak jarang, dalam proses tersebut para perajin menyumbangkan ide yang menginspirasi Ruang Rusa. ”Kami menjalankan bisnis ini dengan passion dan rasa ketertarikan yang tinggi sehingga kami harapkan dapat berkembang lebih dari sekadar mengikuti tren,” ungkap Debby. Mereka juga berupaya untuk tidak melenceng dari konsep awal dan konsisten dengan pengembangan produk. ”Itulah mengapa sejak awal kami membuat tema dan konsep Ruang Rusa agar produk-produk kami punya ciri khas dan mampu bertahan menghadapi persaingan,” kata Dhea.

(Dwi As Setianingsih)


Versi cetak artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 12 April 2015, di halaman 30