Sejumlah benda, seperti kulkas, sepeda, kalung emas, dan dua ekor domba, telah disiapkan untuk melengkapi sebuah prosesi pemotongan rambut gimbal di Pegunungan Dieng. Sejak pagi sebanyak 10 anak berpakaian putih bersih dengan ikat kepala menjalani ritual adat memohon keselamatan.

Menurut legenda setempat, konon anak-anak berambut gimbal adalah titisan Ki Kolodete dan Nini Roro Ronce, leluhur masyarakat Dieng. Anak-anak yang tumbuh dengan rambut gimbal dipercaya memiliki daya lebih dan mampu berhubungan dengan alam gaib.

Berkah semesta tersebut membuat mereka diperlakukan secara istimewa dengan menuruti segala permintaannya. Seperti saat mereka akan menjalani ruwatan, segala ucapan permintaan akan dikabulkan dengan berbagai usaha keluarganya.

Naryono, sesepuh adat, menyampaikan apa saja permohonan anak sebelum pemotongan rambut gimbal mulai dilakukan.

”Jika permintaan mereka masih berubah-ubah, berarti belum siap menjalani ritual potong gimbal,” ujar Naryono. Prosesi yang berlangsung di pelataran Candi Arjuna, Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, itu bermakna memohon keselamatan dari segala bentuk pengaruh buruk.

Tradisi turun-temurun yang dijalankan secara khusyuk tersebut lambat laun mulai menjadi agenda budaya untuk menarik ribuan wisatawan datang. Mereka berdesakan duduk melingkari candi untuk melihat prosesi pemotongan rambut.

Rambut gimbal turut membawa rezeki bagi desa setempat. Penginapan dipenuhi tamu, warung-warung pun laris. Orang sekitar desa sibuk melayani para turis.

(P Raditya Mahendra Yasa)


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Agustus 2015, di halaman 31 dengan judul “Meruwat Titisan Leluhur Dieng”