Kecerdasan yang Menghantui

0
741

Ketika raga manusia tak lagi berfungsi, tetapi otaknya masih ”berpikir”, matikah ia? Ketika kecerdasan dan emosi bisa dikodifikasi menjadi data, seberapa mengancamkah ia?

Pertanyaan tentang manusia versus mesin menjadi titik tolak dari film fiksi ilmiah ini. Gagasan yang juga sudah banyak digarap dalam film-film layar lebar sebelumnya, mulai dari Robocopsampai film mutakhir yang sangat menyentuh, Her, besutan Spike Jonze.

Ilmuwan terpandang di bidang kecerdasan artifisial Will Caster (Johnny Depp) dan istrinya yang juga ilmuwan komputer, Evelyn Caster (Rebecca Hall), punya cita-cita besar yang diwujudkan dalam mesin cerdas PINN (physically independent neural network). Will yakin akan terjadi semacam ”benturan” antara teknologi dan kemanusiaan, dalam bentuk sebuah mesin supercerdas yang bisa mengoneksikan seluruh kecerdasan manusia dengan seluruh gradasi emosi yang dimiliki manusia. Inilah yang disebutnya sebagai konsep singularity atau transcendence. Tentunya mereka berdua yakin bahwa teknologi supercerdas itu bisa menguntungkan umat manusia.

Singkat cerita, berkembangnya riset-riset teknologi tingkat tinggi itu memunculkan musuh baru, kelompok ekstremis antiteknologi yang dipimpin Bree (Kate Mara). Mereka menjalankan serangan teror terhadap sejumlah laboratorium teknologi ataupun para penelitinya. Ketika Will ditembak menggunakan peluru yang dilapisi racun radiasi dan kemudian sekarat, Evelyn dan sahabatnya, ahli biologi Max Waters (Paul Bettany), bertekad untuk menyelamatkan ”otak” Will.

Kecerdasan Will diunggah dalam bentuk data ke dalam mesin PINN. Tubuhnya dipenuhi kabel dan Will dengan terbata-bata mengodifikasi setiap kata sesuai urutan abjad. Ketika ia mati dan jasadnya dikremasi, keajaiban pun datang. Di layar komputer muncul tulisan ”Ada siapakah di situ…? Di sini gelap”. Itulah ”suara” Will.

Will kemudian seperti menjadi ”hantu” di dunia maya. Ia ada di mana pun asalkan terkoneksi dengan jaringan. Bahkan, ketika data-data penting—sebutlah data transaksi saham—dikoneksikan, Will bisa memindahkan uang puluhan juta dollar dalam beberapa detik ke rekening Evelyn, ia juga bisa membuat reservasi hotel, pesawat, dan lainnya.

Ketika Evelyn dan Will bersama-sama membangun pusat teknologi di sebuah kota mati, daya jelajah dan kekuasaan Will makin menjadi. Will yang sudah menjadi mesin supercerdas bisa menguasai dunia lewat jaringan maya. Ia bukan saja bisa menyembuhkan orang-orang lumpuh dan buta, melainkan juga membiakkan ”dirinya” pada orang-orang itu. Mereka yang sudah dirasuki Will tak ubahnya sosok zombie yang tidak bisa mati dan memiliki ”pikiran” serupa.

Gagasan Besar

Film ini dibuat dengan gagasan besar. Namun, jangan ditanya bagaimana eksekusinya. Karena ada satu hal yang sepertinya diabaikan penulis skenario (Jack Paglen) dan sutradara Wally Pfister, yaitu logika. Banyak alur cerita yang tidak menyambung dan tidak masuk akal. Selain plot cerita yang lemah, unsur-unsur yang dibutuhkan untuk membuat sebuah film enak ditonton juga tidak terbangun dengan baik. Sebutlah itu ketegangan, juga kekuatan karakter pemainnya. Depp aktingnya hambar, bahkan sejak tokoh Will masih menjadi manusia. Adapun Morgan Freeman yang menjadi peneliti senior dan Cillian Murphy yang menjadi agen FBI bermain pas saja untuk kalibernya. Sungguh sayang kimiawi tak terjalin di antara para tokoh utama.

Transcendence

Sutradara: Wally Pfister | Pemeran: Johnny Depp, Rebecca Hall, Morgan Freeman, Paul Bettany, Cillian Murphy, Kate Mara

Myrna Ratna